Thursday, 2 July 2015

A Short Page. Please, Stay Focus

Assalamualaikum.

Ah,
Berdasarkan jadwal, gue harusnya ngisi blog hari Sabtu minggu ini, dengan judul postingan yang udah gue rencanakan dari jauh-jauh hari.

Tapi
blogwalking barusan yang gue lakukan, beneran bikin gue gerah dan bikin tangan gue gatel buat ngetik lagi.

Jadi,
gue barusan main ke Blognya Dion.
Dari blog dia, gue mendapat satu pelajaran yang masih harus sering diingat ingat: Jangan Sombong. gue tersenyum dan mengangguk angguk sendiri waktu baca pesan dari beliau yang tertulis di blognya.
pesan klasik yang berbahaya. pesan klasik yang HARUS diingat untuk yang sedang berada di atas.
Jangan. Sombong.

Gue terus menelisik blog dia lebih dalam lagi.
membuat gue berkaca, "How about me?" 
setelah menimbang pengalaman gue yang gue rencanakan ditulis di novel ini, akhirnya gue memutuskan untuk membagi sedikit pengalaman gue ini sebelum gue kandung dalam bentuk naskah novel. azek.
Mungkin, dan semoga, ada pelajaran hidup yang bisa teman atau adik bisa ambil dalam potongan tulisan ini, semoga.

Here we go

***
Man Saara Ala Darbi Washola
Siapa yang berjalan di jalannya, Pasti sampai tujuan.

Potongan yang gue dapat di novel ketiga dari triloginya A,Fuadi: Rantau 1 Muara ini bermakna kuat. Fokus.
Fokus di jalan lo. 


Sebelumnya, gue mau cerita dulu Dion ini siapanya-gue.

Jadi dulu waktu SD, gue menjadi perwakilan Sumatera Barat buat ke OSN Matematika tingkat SD. Jedaaaar
Ngga perlu petir.
Iya, dulu gue anak Olimpiade Matematika.
dulu.
entah tahun 2008 atau 2009, gue lupa.

Matematika:
1st, Nisty Yulia, Bukittinggi
2nd, Dion Saputra, Dharmasraya
3rd, Gue, Solok. cie.

Ipa
1st, Amelia Nur Khasanah
2nd, Alga 
3rd, Mestika Intan Delima

Gue inget mereka ber enam, tapi bahkan si Dion ini melupakan nama gue. nyesek.
Tadi gue baca postingan dia yang menceritakan perjalanan OSN dia waktu SD, di tengah cerita dia nulis nama-nama kontingen sumbar waktu itu, dan setelah menyebutkan empat nama kecuali nama gue, dia nulis "yang 2 lagi lupa"
Hadeuh.
kalau kita ketemu sekarang, mungkin dia ngga inget kalau kita pernah ketemu dan di karantina sebelum ke Jakarta dulunya.
kalau kita papasan sekarang, mungkin dia ngga inget kalau dia pernah bikin gue dan Nisty saling berpandangan, senyum, dan teriak ala abege yang liat boyband favorit mereka tampil di tv waktu dia bukain pintu mobil buat kami.

OK come to my story

Bu Linda, pembimbing olimpiade gue waktu SD, pernah berpesan ke gue sebelum gue merantau dari SDN 05 VI Suku Solok ke SMPN 1 Bukittinggi
"Fira, tetap di Matematika, ya! jangan pindah-pindah. tekuni bidang yang udah dimulai ini. Fira udah punya modal. lanjutkan, sayang kalau ditinggal. jangan sampe pindah ke IPA nanti. saingan yang akan di temui orangnya pasti itu-itu juga. Lanjutkan ya, nak!" tutup beliau

Gue SMP.
jadi murid akselerasi yang musti melulu belajar memupuskan harapan beliau tadi.
Iya, SMP yang cuma dua tahun otomatis membuat gue gugur dari barisan pejuang angka. 
sebagai murid Aksel, secara harfiahnya gue nggak bisa ikut Olimpiade. 


Gue kemudian melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Sumatera Barat. 
Karena SMP yang udah di ringkas tadi, gue sekarang berada bersama orang-orang yang seharusnya berada setingkat di atas gue.
hari pemilihan Olimpiade, gue menanyai teman-tean melalui survey kilat percakapan sambil jalan.
dan, gila.
most of them, ambil Olimpiade Matematika. belum lagi, sebagian dari mereka, adalah pejuang-pejuang OSP dari SMP dulunya.
jelas, ilmu gue udah ketinggalan jauh.
ngga mungkin gue tetep di Matematika. melanjutkan perjuangan gue di Matematika yang udah putus 2 tahun, tiba-tiba bangkit dari dalam kubur dan sok sok an baris di leting Ilham Firdaus. Nda lucu.


gue kemudian melirik ke cabang Olimpiade yang lain, terdampar di Ekonomi.
di Ekonomi pun gue nggak benar-benar di sana.
beberapa bulan di SMA Sumbar dan di utus untuk ikut ke ajang Olimpiade tingkat Provinsi yang diadakan Unand, gue berhasil mendapat urutan ke 21 diantara ratusan peserta. dari Smanssu, cuma tiga orang yang lulus ke tahap semi final esok hari. Gue, Kak Chae, dan Icha. 

Permulaan yang lumayan buat gue sebagai murid kelas sepuluh, tapi bahkan belum cukup buat nampar gue agar memahami kata FOKUS.

gue mulai tergoda ke bidang lain, yang menurut gue seru juga. Debate.
Gue dan seorang teman dari kelas sepuluh, Ridho Kurniawan Putra, mulai khusuk menghadiri latihan-latihan debat. Iya, cuma Gue dan Ridho dari kelas sepuluh yang bertahan buat berlatih sampai penyisihan pada hari itu.

Gue nggak pernah benar-benar fokus.
Gue juga heran kenapa.
kadang gue mikir, mencoba menyenangkan hati sendiri, mungkin gue Divergent.

Nggak puas di bidang itu, gue coba mendekati dunia kepenulisan, mulai ikut lomba LKTI, dan cuma berhasil sampe di babak final.
kemudian gue ikut-ikutan menjadi wartawan muda koran daerah. mendapat kartu pers dan tercatat di deretan reporter, ditulis bold, barisan pertama karena huruf pertama nama gue A, ah, syahdu. tapi juga satu periode jabatan karena gue harus kuliah.

dan kembali, fokus gue terpecah, gue suka "lari" ke bidang ini itu. mencoba bidang-bidang baru yang menurut gue masih "seru-seruaaan"

Gue nggak pernah benar-benar menyelesaikan satu diantara mereka.

Ekonomi, gue stuck di urutan ke 4 untuk melaju ke OSP. sedangkan teman gue yang satu lagi, Ica, fokus hingga menjadi kontingen nasional Olimpiade Ekonomi dan berhasil mendapat medali perunggu di perjuangan tahun akhirnya. Sekarang? dengan tiket Olimpiade tadi, Ica berhasil memiliki bangku di Universitas Indonesia bahkan sebelum kami resmi mengadakan perpisahan sekolah.

Debate, debate angkatan gue mungkin adalah tahun mengecawakan bagi Mam, guru bahasa Inggris kita. mengingat tahun sebelumnya kakak kelas berhasil melenggang ke tingkat Nasional. tapi bahkan, angkatan gue, ah...
"Chose one. you cant get it both and get the bombastic achievement from them both. Focus in to just one part" nasihat Kak Chae ketika gue pernah berada dalam kondisi terdesak saat ada turnamen debat sekaligus pelatihan Olimpiade.


Sampai tadi.
Waktu gue baca blog Dion,
Gue jadi kepikiran

dia berjalan di jalannya, dan liat dia sekarang? berapa pencapaian dan trophy juara 1 Matematika yang udah dia raih? keren.

ditengah-tengah baca blog dia gue sempat membatin"Andai dulu gue nggak jadi murid akselerasi..." atau bisikan bisikan lain yang menyalahkan diri gue sendiri.
But No.
Gue bukan tipikal yang suka menyesali.
Everything is meant to happen.
Semuanya emang seharusnya terjadi, dan ada hikmah di balik semuanya.

Gue emang dulu ngga pernah adem di satu bidang. 
mungkin ini juga alasan kenapa gue pernah ada di kelas IPA 3 bulan, kemudian mengajukan diri menjadi transfer student pindah ke IPS, mencoba bernego agar Ujian MID IPS masih bisa gue ikuti.
tapi gue bahagia dengan semua pengalaman-pengalaman yang telah mengisi hidup gue. pengalaman-pengalaman yang udah gue pilih dan gue raih.
buktinya, walaupun gue terlihat seperti nda ada jalan gini, Header blog gue: On My Way. Anggap aja gue optimis, jalan yang kayak gini adalah jalan yang gue pilih.

"If you want something that you never had. You have to do something you have never done"

Underline that.


Pengalaman adalah guru terbaik, kata orang. dan gue belajar banyak dari perjalanan-perjalanan gue tadi. yang mungkin gue tuliskan di novel ke-dua gue
*ketika bahkan naskah novel pertama belum kelar
*kebanyakan mimpi
*but haha
*whocares

For you, my reader. Please, Stay Focus. bidik tujuan lo dari sekarang.
kalau emang lo menargetkan satu tujuan di hidup lo. tulis. tulis mimpi itu. 
berusaha. struggle. Inshaallah kalau memang disitu jalannya, lo akan tembus, atau jika tidak, Allah akan menunjukkan jalan yang lebih baik.

Jangan pernah putus asa.
Berjuang.
Fokus.
Keep Struggling.
dan, 
Selamat Malam! :)

4 comments:

  1. Dan bahkan aku sendiri belum pernah ke dhamasraya --"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku dari padang pariaman, sist :D

      Delete
    2. HAHAHAHA. :D Eh maaf Diooon, maaaf :D but at least i remember your name, kan...

      Delete
    3. Blognya keren, kayak ada manis2nya gitu XD #korban_iklan

      Delete