Tuesday 10 February 2015

Heart Wants What it Wants

Backsound: The heart wants what it wants- Selena Gomez


Gue baru aja bangun.

Dari atas kasur gue mengerjap-ngerjap, mengumpulkan tenaga sebanyak mungkin untuk difokuskan ke mata, berjuang ngeliat jam dinding dengan mata minus ini bukan hal yang sepele.
Jam berapa ini?
Samar gue ngeliat salah satu jarum berada di angka tujuh, dan salah satu jarum di angka satu.
Gue menengadah liat jendela. Ah, masih gelap, jadi kemungkinan terburuk kalau gue bangun jam 7 lewat 5 pagi hari dan melewatkan sekolah adalah salah.

Hm
Mungkin sekarang jam 7 lewat 5 malam. Ini paling logis, soalnya, gue tidur sejak jam setengah 4 sore tadi. Diulangi, gue tidur dari jam setengah 4 sore tadi, ya, sore!
Ah, kalau ini jam 7 lewat 5 malam, sekarang harusnya ada Imtaq, kegiatan malam sekolah.
Tapi kemudian gue menggeliat sekali lagi, berusaha melihat kasur disebelah gue.
Ada Reka di sana.
Hm, mungkin anak-anak kamar pada gak bangunin gue karna gue sakit.
Dan, seingat gue, waktu gue mulai tidur jam setengah 4 sore tadi, Reka masih belum di kamar, dia ke pasar. Mungkin kecapekan baru pulang dari pasar, mungkin, batin gue.

Tapi kemudian mata gue nangkap sesosok makhluk di kasur seberang,
Tia.
Anak kamar gue yang lain
Ah, sedikit gak masuk akal kalau Tia gak masuk kelas imtaq. Mengingat diantara kami semua, anak kamar yang  selalu terlalu cerdas “mengakali” semuakegiatan dan peraturan yang ada, Tia termasukgolongan yang taat akan peraturan.

Gue mengerjap-ngerjap sekli lagi,memastikan jam yang ditunjukkan si jam dinding

AH!
Itu jam setengah 1 lewat 5, Pagi!
Jarum pendek diangka 1!
Jarum panjang diangka 7!

Gila!
Gue langsung duduk

Bingung

Gue gak dibawah kontrol obat apa-pun
Ya, rasanya gue gak minum obat apa-apa walaupun gue lagi gak terlalu sehat gini.

Gue coba turun dari kasur. Semua anak kamar udah pada tidur.

Ini kan baru jam setengah 1-
Biasanya jam segini, temen yang tidur dibawah kasur gue baru aja nutup laptop sehabis nonton anime, dan baru mau mulai belajar.
Dan biasanya jam segini, anak kamar yang tidur dibawah kasur Reka, lagi buka laptop, main sepuasnya setelah dia belajar sebelumnya.
Tapi sekarang semua udah tepar.
Ah, mungkin...
Kami semua kena hipnotis dan Cuma gue yang kebangun karna gue lagi sakit?
Gila-

Ini kepala bergenderang
Sekalipun gue gak berusaha memikirkan masalah ini, kepala gue tetep aja berontak

gue melewatkan makan siang dan makan malam, anehnya, gue gak benar-benar lapar.
Gue tau apa yang dari awal menghantui ini fikiran dari awal buka mata tadi sampai sekarang, tapi jauh dalam hati, gue sedang perang batin. Untuk buka modem atau enggak, mengecek sms yang gue yakin gak akan ada
Ya,
Hanya...
Gak akan ada.
Permainan ini akan berlangsung lama

Gue kalah
Runtuh oleh gerakan tangan gue yang dengan sigap buka laptop dan nyolokin modem. Matahin pendirian hati gue kalau; sia-sia untuk dibuka, Fira, sia-sia. . .
Beberapa kali ada bunyi dering.
Gue biasa dengan bunyi itu
Benar-benar yakin tidak ada pesan yang akan menutup “luka” yang menganga berhari-hari.
Ada 5 pesan sekaligus.
3 dari provider yang ngucapins selamat blaa blaa karna gue baru aja isi pulsa
Dan 2 lagi dari sahabat gue nadya, dan dari oji

Dingin.
Lantai yang gue duduki makin kerasa dinginnya

Dengan situasi ini, gue jadi ingat cerita “Dee” tentang Papa Keenan.
Papa Keenan yang berpura-pura tidak peduli dengan minggatnya Keenan, tapi batinnya sibuk berperang menahan rasa mati penasaran dimana keberadaan anaknya.
Perang yang kemudian berujung, Papa Keenan stroke gara-gara terlalu stress.

Mengingat cerita itu gue jadi agak ngeri.
Karna gue ngerti, tubuh gue gak bisa diajak patuh. Ketika gue menitahkan untuk tidak peduli, mereka malah menutup telinga rapat-rapat dan...
Ah, gak usah dilanjutkan

Gue bikin bubur bayi Promina beras merah yang setia jadi sahabat gue sejak bayi dulu.
Entah kenapa, sampai gue berumur 17 tahun kayak sekarang, bubur ini selalu ikut-ikutan nimbrung di daftar belanja tiap ke pasar.

Gue baik-baik saja. penekanan dan sugesti yang berkali kali gue patri. tertulis jelas di salonpas yang nempelin punggung tangan, ah, Padang Panjang benar-benar 'freezing' seminggu belakangan. ini poin yang bikin pilek gak berenti-berenti dari minggu lalu.


Permainan ini masih lama.
mengingat gue satusatunya pihak yang merindu dengan stupidnya.

Dari tadi ngalor ngidul tentang diri gue,
Poin yang pengen gue bagi adalah

Heart knows what it wants
Heart wants what it wants

Gapeduli seberapa keras lo berjuang buat “look fine” dan look cheer up didepan semua orang, gapeduli seberapa egoisnya lo berjuang buat gak peduli.
Hati tau





:)
Read more »»