Friday 24 July 2015

Akuntansi UI. The Struggle is real

Selamat Malam, pembaca. Semoga masih setia membaca coretan gue.

Udah lama banget ngga nulis blog lagi. Janji gue untuk menulis blog setiap hari Sabtu terkhianati. Terkhianati dengan kesibukan sebagai mahasiswa baru. Ciela. Iya, gue bakal jadi Mahasiswa loh. Dan gue mau berbagi cerita, perjalanan mendaki salah satu gundukan hidup gue.

Road to UI

Kelas X 
Menjadi murid kelas X SMAN 1 Sumatera Barat. Pasti kenal banget sama tugas dari Bunda Ria, guru BK Kami. Tugas turun temurun dengan judul: AKU DAN MASA DEPANKU.
Tugas pertama kami di mata pelajaran BK untuk menulis peta hidup kita di beberapa halaman HVS. Diprint, kemudian di jilid, di kumpul.

Gue ingat banget, waktu itu lagi jatah libur asrama. Gue sedang mengerjakan tugas itu di depan komputer kamar. Menunggu hasil cetak keluar. Mesin printer yang berdesing membuat Papa ikut masuk ke kamar, mengambil kertas yang sudah di print dan membaca sepotong tulisan kampus tujuan gue yang tertulis capslock
AKUNTASI UNIVERSITAS INDONESIA.
sebuah impian.

Kelas XI. Gue lupa bagaimana persisnya, yang jelas, sejak gue kelas XI gue sudah melupakan impian di tugas AKU DAN MASA DEPANKU tadi. Gue beralih dengan pilihan. Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.
Fix.

Ilmu Komunikasi UI
Sastra Inggris UI
Sastra Inggris Unpad

3 pilihan ini selalu gue sematkan di setiap Try Out SBMPTN yang sering gue ikuti waktu kelas 11.

melihat pilihan gue, Papa yang realistis berkomentar
“Fira, kalau target UI. Saingan se Indonesia. harus pakai strategi” pesan Papa.

Gue kelas XII.
Ah. Rasanya semakin horor.
Menjejaki kelas 12. Gue mulai berubah pikiran. Tertarik dengan program studi Hubungan Internasional.

Pilihan gue telak,

Gue merasa mantap

Hubungan Internasional UI
Ilmu Komunikasi UI
Sastra Inggris UI

3 opsi ini yang sering gue cantumkan di setiap try-out try out SBMPTN selama gue kelas 12. Setidaknya sampai gue berada di tengah kelas 12.

Setelah menimbang-nimbang...
gue merasa minder sendiri.
gue rasanya belum bisa mencapai HI ataupun Ilmu Komunikasi

Gue fix. Memilih Sastra Inggris UI. gue mulai mencari prospek kerja Sastra Inggris. mencoba mendalami jurusan ini. 

Gue begitu labil.
di saat pengisian SNMPTN. gue mendadak tertarik dengan Ilmu Komunikasi UI. 
Hft, oke ganti
gue kembali ke impian kelas XI. Ilmu Komunikasi UI.
Gue meletakkan Ilmu Komunikasi UI sebagai pilihan one and only di formulir SNMPTN. 


Masa-Masa Bimbel
Gue udah pernah cerita perjuangan bimbel kan yaa? nih read disinii

Anyway, begini proses gue di bimbel tiap minggunya dengan 6 kali try out

Try Out pertama

Gue masih mantap dengan pilihan Ilmu Komunikasi.
Belakangan, gue jadi nggak mau lirik kampus lain selain kampus kuning. Gue Cuma mau UI. Gue meletakkan Ilmu Komunikasi, kemudian sastra inggris sebagai pilihan kedua. Pilihan ketiga? I have no idea. Gue Cuma pengen yang dua itu.
Minggu pertama bimbel, hasil TO 1 keluar.
Dengan nilai mentah 303. Passing grade 50,50%. Gue baru berhasil lulus di Kriminologi UI. Pilihan ke tiga. Pilihan yang gue ambil asal asalan karena gue suka suka suka banget sama film “Mindhunters” keren aja gitu jadi anggota FBI.
Peringkat pertama tapi masih belum berhasil lulus pilihan pertama.
Gue mulai khawatir. Membandingkan diri dengan teman-teman dari bimbel lain. Nilai yang jauh lebih tinggi dari gue, tapi masih belum berada di peringkat pertama di bimbelnya.
Hah. Gue belum boleh puas dulu ternyata, perjuangan ini keras.
Try Out diadakan setiap hari Sabtu. Kemudian konsultasi hasil Try Out di hari Selasa.
Konsul pertama itu. Mister Ari, Mister yang mengonsul gue, geleng geleng dengan pilihan gue.
Jangan UI tiga-tiganya.
Pesan beliau.
Berat hati.
Gue mengganti pilihan gue

Try Out Kedua

Untuk Try Out ke dua. Gue nggak nekat narok UI lagi di ketiga pilihan gue. Gue lupa apa yang gue pilih. Gue lupa lulus dimana di try out 2.
Nilai mentah gue Cuma naik satu poin dibanding TO 1: 306. Passing grade 51%. Gue meluncur ke peringkat 3. Dengan Khalid Jambak di peringkat 1. Adam Chaesar di peringkat 2.
Siang itu, Adam menelfon
“FIIA. BAHAGIA GUE FIA. Akhirnyo Adam diateh Fia! Mati-matian Adam belajar, Fia!”
“Ah njir. Sialan. Lu nelpon gue, untuk maagiah tau iko se nyo?
Hmm. Sekali ini daam. Sekali ini doaang. Tunggu TO 3, ya!”
“EEH FIAA. JAAN. Jan serius bana baraja fiaa. Santaaai”

Hft. Kan kampret. Temen. Ketika TO gue di peringkat 3, dia nelpon Cuma mo bilang itu doang.
But thats good.
Gara-gara telefon itu, gue jadi semakin semangat belajar.

Try Out Ketiga

Dengan Nilai mentah 344, dan passing grade 57,33%. Alhamdulillah gue bisa nge kick Adam. Kembali ke peringkat satu.
Tapi sayangnya, belum sekalipun gue lulus Ilmu Komunikasi UI. Gue mulai khawatir. Sangat khawatir. Apa gunanya peringkat kalau gue ngga bisa berhasil lulus di pilihan pertama?
Minggu ini orang-orang sibuk mengisi pilihan SBMPTN.
Di konsul minggu ke tiga. Konsul terakhir sebelum mengisi SBMPTN
Terjadi pembicaraan serius antara gue dan mister.

“Hm, kalau gini Afifah, pilihan satunya kita ganti jadi Akuntansi, gimana?”
“Ah enggak mister” gue menjawab cepat
“Nggak suka Akuntansi?”
“Suka sih mister, Papa juga nyaraninnya Akuntansi. Tapii, ngga yakin aja mister. Nilainya ketinggian. Ini aja, Komunikasi UI belum jebol-jebol”
Mister membca kertas formulir gue. Melihat nilai gue di TO 1 dan TO 2
“Afifah”
“Ya mister?”
“Kalau nilai, mister yakin masih bisa naik. Mister percaya. Sekarang tergantung Afifah suka atau enggaknya. Yatapi, kalau nggak suka nggakpapa” mister menuliskan ILMUKOMUNIKASI UI di kertas gue. “pilihan 2 nya, tetap Ilmu Komunikasi Unpad?” tanya mister
Gue terdiam.
Entah bagaimana, gue menyahut. 
“Mister. Pilihan 1 Akuntansi UI aja” Ah, kalau dipikir-pikir. gue selabil itu ternyata.

Mister tersenyum. Segera mencoret tulisan tadi dan mengganti dengan AKUNTANSI UI. Mister mematut matut kertas gue. merasa mantap

“Ini mister yakin, Fah. Jatuhnya kalo nggak di pilihan satu, ya pilihan 2. Belajar lebih rajin ya, nak” pesan mister sebelum gue berdiri. Gue menyalami tangan beliau. Beliau membalas genggaman erat. Seolah memberikan energi semangat. “Kalau afifah lulus akuntansi UI, mister belikan tiket ke jakarta pake Garuda” tutup beliau memotivasi. Gue tersenyum kaku.

Sepulang konsul. Segera gue menelfon Mama Papa di rumah. Mengabari keputusan besar pindah jurusan ini. kita sepakat, gue baru akan mengisi form SBMPTN setelah hasil TO ke 4 keluar.

TryOut Ke empat

Alhamdulillah. Untuk pertama kalinya. Dengan nilai mentah 387. Gue lulus di Akuntansi UI. Segera, gue mengisi formulir SBMPTN

Try Out Kelima

Nilai Try out gue turun drastis. Nilai mentah 322. Gue sedih. Kaget. Down. Minder. Gue udah keburu ngisi formulir SBMPTN. Ngga mungkin diganti. 

Gue terdiam.
Sedih.
Papan pengumuman masih ramai di kerubungi siswa siswi. Gue remuk. Gue duduk sendiri. Berpura-pura terlihat baik saja sampai teman-teman gue pulang. Gue nggak berniat pulang. Gue down banget ketika itu.
Gue mengeluarkan HP. menghubungi salah seorang teman. Hari ini Yudha sedang libur bimbel.
“Yudha, Fia sedih. Nilai TO fia turun. Ga lulus akun” pesan singkat gue.
“Yudha kesana. Tunggu. Yudha mandi dulu” sesaat kemudian dia sampai. Meyakinkan gue kalau gue bisa
“Yudha yakin. Fia lulus akuntansi UI” ucapnya meyakinkan "Lah?" tanyanya sampai wajah sedih gue memudar
"Jalan, yuk!" ajak dia.
gue tersenyum.
That’s what friends for, right? Menyemangati ketika elo jatuh.
Gue bersyukur dalam hati mempunyai sahabat kayak dia di saat seperti ini.

***

Sebulan sebelum pengumuman
Makan tak enak
Tidur tak nyenyak
Tapi gue mencoba selalu terlihat “i’m fine”
Mama hampir tiap hari menanyai kenapa gue nggak cemas.
Hft
Cemas. Cemas banget, ma.
Tapi gue tau. Ketika gue bilang gue khawatir, Mama bisa bisa ngga tidur karna ikutan khawatir.
Sehari sebelum pengumuman SBMPTN, mama demam
“karna capek” alasan mama. 
Malam sebelum pengumuman esbeem,gue bahkan nggabisa tidur. Gue memainkan hp sambil berbaring gelisah, sebuah pesan lama terasa mencolok

“...Tahajud dulu. Terus baca surah Al Isra’ ayat 80. Semoga do’a diangkat ke langit. I hope it helps” pesan Yudha di malam sebelum ujian SBMPTN dulu.

Malam itu, gue menyerahkan diri kepadaNya. Mengadu kepadaNya dalam tahajud. Mencukupkan segalanya dengan Surah Al Isra’.
Kemudian tertidur.

Hari pengumuman SBM. Dari siang pulang sekolah, Mama langsung tidur. “Capek” alasan Mama lagi. Hari itu Papa sedang ke Sawahlunto, ada acara berbuka bersama dengan teman beliau. Kakak gue udah nggak sabaran menanti hasil. Laptop dan gadget sama-sama tidak bisa memunculkan laman SBMPTN.
Gue gemetar. Sangat.
Gue mencoba membuka FB. Satu kabar, Ghozi lulus. Politik UI. Alhamdulillah. Gue bahagia atas dia, tapi perut gue masih teramat mules. “Bagaimana dengan guee?!” di status FB nya, Ghozi mengabarkan, coba cek pakai situs penerimaan.ui.ac.id

Gue dan kakak di luar, di teras rumah. Berharap mendapat sinyal yang lebih kuat. Kami berdua duduk berhadapan di ayunan besi. Kakak memegang smartphone nya. Gue dengan laptop.

Kakak masih me refresh laman SBMPTN. Diam-diam, gue membuka situs yg disarankan Ghozi tadi.
Gue memasukkan nomor pendaftaran
Dan
Maaf, anda belum lulus jalur masuk SBMPTN 2015 ini

Gue terdiam. Laptop gue berikan ke kakak. “Ndak lulus” ucap gue singkat
Gue masuk ke dalam rumah. Mengabari Mama.
“Ma, ndak lulus” ucap gue singkat. Tangan gue bergetar hebat kesusahan memegang HP yang sudah menampilkan 10 panggilan tak terjawab dari Yudha. SMS Adam lulus HI UGM. SMS Ghozi lulus Politik UI. Dan sms Dilla dan Giwang yang menanyai hasil gue.
Tapi kemudian. Sebuah sms dari nomor asing masuk
“Akuntansi UI Mantap” sms iseng, pikir gue
Beberapa detik kemudian, nomor tersebut mengirim pesan kembali
“Selamat vira, lulus Akuntansi” gue sedikit merengut, gue selalu kesal kalau nama gue ditulis pake V instead of F. Tapi? Ah, dia bilang lulus? Gue berjalan keluar ingin mengecek kembali ke laptop yang sedang di pegang kakak. Tapi, kakak keburu menyahut
“Pas kakak bukak, kok lulus?” tanya beliau dengan tampang heran
Gue langsung sadar.
“KAK. YANG PIA MASUAK-AN TADI NOMOR PENDAFTARAN SIMAK! KAK, PIA LULUS!”
Gue lari ke dalam. Memeluk MAMA
“MA PIA LULUS AKUNTANSI UI MA! MA PIA JADI ANAK UI! MAA ! ALHAMDULILLAH MAAA” Gue melonjak-lonjak, kemudian menjatuhkan kening mencium lantai. Alhamdulillah Ya Allah.
Mama menitikkan air mata bahagia.
Sesuai impian gue.
Membuat malaikat gue menangis bahagia. Bangga karena gue.
Mission accomplished.
Mama ligat mengabari Papa, nenek, dan keluarga yang lain...
Alhamdulillah.
Terimakasih ya Allah
Terimakasih Ma, Pa, Kak, Ya...
Terimakasih GAMA. memberi bukti! bukan janji! azek~
Terimakasih teman-teman...


epilog

Who knows, gue kembali bermuara ke pilihan ketika gue kelas sepuluh tadi, AKUNTANSI. Bye HI, Komunikasi, Sasing, Kriminologi.
Insyaallah. ini yang terbaik. Insyaallah...

setelah gue tanyai, ternyata nomor asing yang mengabari "selamat vira" tadi adalah Bang Agil. Abang-Abang GAMA yang dulu promosiin GAMA ke kelas gue. 

Sore setelah pengumuman itu, mama akhirnya cerita, Mama demam karena Mama kepikiran hasil ini. Mama takut gue jadi gila kalau ngga lulus UI.
But, Mom
Your lil daughter made it!! ^_^


Thousands Love
Read more »»  

Thursday 2 July 2015

A Short Page. Please, Stay Focus

Assalamualaikum.

Ah,
Berdasarkan jadwal, gue harusnya ngisi blog hari Sabtu minggu ini, dengan judul postingan yang udah gue rencanakan dari jauh-jauh hari.

Tapi
blogwalking barusan yang gue lakukan, beneran bikin gue gerah dan bikin tangan gue gatel buat ngetik lagi.

Jadi,
gue barusan main ke Blognya Dion.
Dari blog dia, gue mendapat satu pelajaran yang masih harus sering diingat ingat: Jangan Sombong. gue tersenyum dan mengangguk angguk sendiri waktu baca pesan dari beliau yang tertulis di blognya.
pesan klasik yang berbahaya. pesan klasik yang HARUS diingat untuk yang sedang berada di atas.
Jangan. Sombong.

Gue terus menelisik blog dia lebih dalam lagi.
membuat gue berkaca, "How about me?" 
setelah menimbang pengalaman gue yang gue rencanakan ditulis di novel ini, akhirnya gue memutuskan untuk membagi sedikit pengalaman gue ini sebelum gue kandung dalam bentuk naskah novel. azek.
Mungkin, dan semoga, ada pelajaran hidup yang bisa teman atau adik bisa ambil dalam potongan tulisan ini, semoga.

Here we go

***
Man Saara Ala Darbi Washola
Siapa yang berjalan di jalannya, Pasti sampai tujuan.

Potongan yang gue dapat di novel ketiga dari triloginya A,Fuadi: Rantau 1 Muara ini bermakna kuat. Fokus.
Fokus di jalan lo. 


Sebelumnya, gue mau cerita dulu Dion ini siapanya-gue.

Jadi dulu waktu SD, gue menjadi perwakilan Sumatera Barat buat ke OSN Matematika tingkat SD. Jedaaaar
Ngga perlu petir.
Iya, dulu gue anak Olimpiade Matematika.
dulu.
entah tahun 2008 atau 2009, gue lupa.

Matematika:
1st, Nisty Yulia, Bukittinggi
2nd, Dion Saputra, Dharmasraya
3rd, Gue, Solok. cie.

Ipa
1st, Amelia Nur Khasanah
2nd, Alga 
3rd, Mestika Intan Delima

Gue inget mereka ber enam, tapi bahkan si Dion ini melupakan nama gue. nyesek.
Tadi gue baca postingan dia yang menceritakan perjalanan OSN dia waktu SD, di tengah cerita dia nulis nama-nama kontingen sumbar waktu itu, dan setelah menyebutkan empat nama kecuali nama gue, dia nulis "yang 2 lagi lupa"
Hadeuh.
kalau kita ketemu sekarang, mungkin dia ngga inget kalau kita pernah ketemu dan di karantina sebelum ke Jakarta dulunya.
kalau kita papasan sekarang, mungkin dia ngga inget kalau dia pernah bikin gue dan Nisty saling berpandangan, senyum, dan teriak ala abege yang liat boyband favorit mereka tampil di tv waktu dia bukain pintu mobil buat kami.

OK come to my story

Bu Linda, pembimbing olimpiade gue waktu SD, pernah berpesan ke gue sebelum gue merantau dari SDN 05 VI Suku Solok ke SMPN 1 Bukittinggi
"Fira, tetap di Matematika, ya! jangan pindah-pindah. tekuni bidang yang udah dimulai ini. Fira udah punya modal. lanjutkan, sayang kalau ditinggal. jangan sampe pindah ke IPA nanti. saingan yang akan di temui orangnya pasti itu-itu juga. Lanjutkan ya, nak!" tutup beliau

Gue SMP.
jadi murid akselerasi yang musti melulu belajar memupuskan harapan beliau tadi.
Iya, SMP yang cuma dua tahun otomatis membuat gue gugur dari barisan pejuang angka. 
sebagai murid Aksel, secara harfiahnya gue nggak bisa ikut Olimpiade. 


Gue kemudian melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Sumatera Barat. 
Karena SMP yang udah di ringkas tadi, gue sekarang berada bersama orang-orang yang seharusnya berada setingkat di atas gue.
hari pemilihan Olimpiade, gue menanyai teman-tean melalui survey kilat percakapan sambil jalan.
dan, gila.
most of them, ambil Olimpiade Matematika. belum lagi, sebagian dari mereka, adalah pejuang-pejuang OSP dari SMP dulunya.
jelas, ilmu gue udah ketinggalan jauh.
ngga mungkin gue tetep di Matematika. melanjutkan perjuangan gue di Matematika yang udah putus 2 tahun, tiba-tiba bangkit dari dalam kubur dan sok sok an baris di leting Ilham Firdaus. Nda lucu.


gue kemudian melirik ke cabang Olimpiade yang lain, terdampar di Ekonomi.
di Ekonomi pun gue nggak benar-benar di sana.
beberapa bulan di SMA Sumbar dan di utus untuk ikut ke ajang Olimpiade tingkat Provinsi yang diadakan Unand, gue berhasil mendapat urutan ke 21 diantara ratusan peserta. dari Smanssu, cuma tiga orang yang lulus ke tahap semi final esok hari. Gue, Kak Chae, dan Icha. 

Permulaan yang lumayan buat gue sebagai murid kelas sepuluh, tapi bahkan belum cukup buat nampar gue agar memahami kata FOKUS.

gue mulai tergoda ke bidang lain, yang menurut gue seru juga. Debate.
Gue dan seorang teman dari kelas sepuluh, Ridho Kurniawan Putra, mulai khusuk menghadiri latihan-latihan debat. Iya, cuma Gue dan Ridho dari kelas sepuluh yang bertahan buat berlatih sampai penyisihan pada hari itu.

Gue nggak pernah benar-benar fokus.
Gue juga heran kenapa.
kadang gue mikir, mencoba menyenangkan hati sendiri, mungkin gue Divergent.

Nggak puas di bidang itu, gue coba mendekati dunia kepenulisan, mulai ikut lomba LKTI, dan cuma berhasil sampe di babak final.
kemudian gue ikut-ikutan menjadi wartawan muda koran daerah. mendapat kartu pers dan tercatat di deretan reporter, ditulis bold, barisan pertama karena huruf pertama nama gue A, ah, syahdu. tapi juga satu periode jabatan karena gue harus kuliah.

dan kembali, fokus gue terpecah, gue suka "lari" ke bidang ini itu. mencoba bidang-bidang baru yang menurut gue masih "seru-seruaaan"

Gue nggak pernah benar-benar menyelesaikan satu diantara mereka.

Ekonomi, gue stuck di urutan ke 4 untuk melaju ke OSP. sedangkan teman gue yang satu lagi, Ica, fokus hingga menjadi kontingen nasional Olimpiade Ekonomi dan berhasil mendapat medali perunggu di perjuangan tahun akhirnya. Sekarang? dengan tiket Olimpiade tadi, Ica berhasil memiliki bangku di Universitas Indonesia bahkan sebelum kami resmi mengadakan perpisahan sekolah.

Debate, debate angkatan gue mungkin adalah tahun mengecawakan bagi Mam, guru bahasa Inggris kita. mengingat tahun sebelumnya kakak kelas berhasil melenggang ke tingkat Nasional. tapi bahkan, angkatan gue, ah...
"Chose one. you cant get it both and get the bombastic achievement from them both. Focus in to just one part" nasihat Kak Chae ketika gue pernah berada dalam kondisi terdesak saat ada turnamen debat sekaligus pelatihan Olimpiade.


Sampai tadi.
Waktu gue baca blog Dion,
Gue jadi kepikiran

dia berjalan di jalannya, dan liat dia sekarang? berapa pencapaian dan trophy juara 1 Matematika yang udah dia raih? keren.

ditengah-tengah baca blog dia gue sempat membatin"Andai dulu gue nggak jadi murid akselerasi..." atau bisikan bisikan lain yang menyalahkan diri gue sendiri.
But No.
Gue bukan tipikal yang suka menyesali.
Everything is meant to happen.
Semuanya emang seharusnya terjadi, dan ada hikmah di balik semuanya.

Gue emang dulu ngga pernah adem di satu bidang. 
mungkin ini juga alasan kenapa gue pernah ada di kelas IPA 3 bulan, kemudian mengajukan diri menjadi transfer student pindah ke IPS, mencoba bernego agar Ujian MID IPS masih bisa gue ikuti.
tapi gue bahagia dengan semua pengalaman-pengalaman yang telah mengisi hidup gue. pengalaman-pengalaman yang udah gue pilih dan gue raih.
buktinya, walaupun gue terlihat seperti nda ada jalan gini, Header blog gue: On My Way. Anggap aja gue optimis, jalan yang kayak gini adalah jalan yang gue pilih.

"If you want something that you never had. You have to do something you have never done"

Underline that.


Pengalaman adalah guru terbaik, kata orang. dan gue belajar banyak dari perjalanan-perjalanan gue tadi. yang mungkin gue tuliskan di novel ke-dua gue
*ketika bahkan naskah novel pertama belum kelar
*kebanyakan mimpi
*but haha
*whocares

For you, my reader. Please, Stay Focus. bidik tujuan lo dari sekarang.
kalau emang lo menargetkan satu tujuan di hidup lo. tulis. tulis mimpi itu. 
berusaha. struggle. Inshaallah kalau memang disitu jalannya, lo akan tembus, atau jika tidak, Allah akan menunjukkan jalan yang lebih baik.

Jangan pernah putus asa.
Berjuang.
Fokus.
Keep Struggling.
dan, 
Selamat Malam! :)
Read more »»