Sunday 29 November 2015

Hilang

Kita mengukir drama tentang perpisahan.
Setiap hari.
Mematri peri dalam diam.

Entah sejak kapan,
kita hanyut.

Sekali lagi tentang hilang,
Harusnya tak ada yang terperikan lagi, bukan?
Iya.
Selamat tinggal.


-23.51
Depok. 29 November 2015.
Hilang
Afifah Safira Melinda
Read more »»  

Sunday 15 November 2015

Sepertinya Aku Terjatuh

Sepertinya aku terjatuh...
Ia membuat gaduh
Genderang rindu ia tabuh
Pun hati yang teguh, dibuat lumpuh.


Sepertinya aku terjatuh...
Pada hati yang terdengar teduh
Pada mimpi yang bergemuruh
.
.
.
Aduh
.
.
Aku. Jatuh.






Depok. 16 November 2015
0:09
Sepertinya Aku Terjatuh
Read more »»  

Saturday 14 November 2015

My 18th Birthday

14 November 2015.
Hari ini Ulang tahun Aira, adik kesayangan gue. yaiyalah kesayangan, orang adik satu satunya. 
Hari ini hari sabtu, malam, which is, malam Minggu.

Pagi ini gue bangun jam 11 pagi. mulai bergerak membereskan kamar yang berantakannya Laa ila ha illalllah. 
Hari ini hari Sabtu, berarti Bis Kuning, a.k.a BiKun, cuma beroperasi sampai jam 14.40.
Wah, gue tiba-tiba mendadak pengen jalan-jalan hari Sabtu.
buru-buru gue mengambil facial wash dan sikat gigi lengkap dengan odolnya. Tanpa mandi, gue meluncur di bis ber-AC hanya untuk sekedar keliling UI
setelah sampai, dan melanjutkan beres-beres kamar, sampai jam 19.00, gue baru mandi. Iya, mandi pertama kali dari pagi.
I take my time as much as i need. put conditioner on, take a bath like a princess. Aih.
I wear the cutest sleeping suit, wear a lovely scarf, put some make up on. i'm ready for my Sat-night=> sitting on the WiFi spot. Lol.

Well, i’m going to tell you my 18th birthday. Old but still gold anyway. My 18th 30 October.

30 Oktober 2015 Pagi.
Gue bangun dengan hati yang sedikit sedih. Ah, biasanya, ulang tahun gue selalu dengan perayaan dan hadiah. Tahun ini? Gue di rantau. Gue bahkan gak yakin ada yang inget ulang tahun gue.
Dari Pagi, gue udah menerima ucapan-ucapan Happy Birthday dari keluarga dan teman-teman SMA, SMP, dan SD. Gue menanggapi pesan tersebut satu persatu dengan ceria.
Zaman sudah berubah, sekarang semuanya terpusat pada komunikasi tidak langsung. Meskipun jauh, mereka tetap bisa menjangkau gue melalui SMS, Line, BBM, Twitter, Ask.fm, Facebook, dan lainnya.
Gue mengkondisikan diri gue untuk bahagia. Mengilusian ucapan mereka adalah nyata dan mereka hadir bersama gue. Gue bahagia dengan itu.

Hari itu, bertepatan dengan UI Ethnovaganza. Event Paguyuban terbesar se UI. Gue ikut meramaikan parade itu. Tapi gue terlalu lelah untuk ikut acara sampai akhir. Gue pun memutuskan untuk pulang lebih dahulu.

Gue duduk di halte.
Membaca pesan dari seorang teman, yang dari siang tadi gue baca berulang kali, pesan Laksa.
Dian Laksana Fitrah, teman laki-laki dari jurusan Ilmu Ekonomi Islam. Laksa berasal dari Sumatera Utara. Padang Sidempuan, detailnya, kalau gue nggak salah mengingat. Laksa punya hobi baca novel, dan bacaan favoritnya, Tere Liye. Jelas, gue langsung excited waktu tau dia pembaca setia Tere Liye. Laksa bahkan udah baca 20 dari 23 novel Tere Liye. Isnt that amazing? Sejak tau kita punya hobi yang sama, baca, kita jadi sering ngobrol bareng. Random shits. Daily activity. Life. Love. Dreams. Amazing
Ya, gue selalu menikmati obrolan klasik seperti itu, walaupun most of the time, kami habiskan dengan: Gue membantah kalimat dia-dia mempertahankan kalimatnya. Hampir selalu begitu.
Laksa mengirimkan pesan yang begitu panjang. I’m touched. Of course. Ini salah satu pesan yang paling berkasan bagi gue hari itu:

Se engganya hari ini biarkanlah kau tetap tertawa meski kau sedih
Kau tetap berbuat baik meski sekitarmu buruk
Kau tetap bersabar meski sekitarmu tak sabar
Kau tetap semangat meski sekitarmu patah semangat
Dan setidaknya untuk hari ini mulailah bermimpi walau sekitarmu terus menghalangimu untuk bermimpi
Sekali lagi selamat memulai tahun yg baru bagi dirimu.

Dengan situasi tadi -sendirian di halte-, setelah membaca pesan itu, gue mendadak merasa lebih sendiri dan lebih sedih.
I mean. Like. This is my day. Dan gue sendirian duduk di halte. Isnt it pathetic? Gue nangis.
Dan masih nangis di sepanjang BiKun menuju asrama.

Sesampainya di asrama. Gue memilih langsung tidur.
Udalah. Cukup untuk hari ini. beginilah ulang tahun gue di rantau. Se sedih ini.

Gue baru bangun dari tidur dan ngerasa laper banget sekitar jam setengah sebelas malem.
Ragu-ragu, melanjutkan tidur atau makan ke kantin.
Gue memutuskan untuk lanjut tidur. Tapi Laksa mati matian mencegah dan menyuruh gue makan dulu ke kantin.
Entah bagaimana, akhirnya gue merasa semakin lapar dan memilih ke kantin.

Hari itu kurang berpihak di gue, kantin-kantin udah tutup. Gue kemudian memilih mmbeli kopi botol, kemudian duduk bergabung bersama teman-teman asrama yang nongkrong seperti mala-malam sebelumnya.

Hari itu juga ada Ajo, Nadhe, dan Lidya. Mereka menenteng speaker ke samping gue. “mau latihan randai”, alasan Ajo.
Gue mengangguk tidak peduli. Gue bukan bagian dari randai.
Tapi
Tiba-tiba
Cahaya lilin datang dari belakang.
Sebuah kue keju-coklat berlilin 18 berdiri cerah. Speaker tadi menyanyikan lagu yang mendukung suasana perayaan mendadak ini.
Gue speechless.
Menangis dalam hati.
Terimakasih teman-teman.

Gue ga nyangka, masih ada yang inget hari ini. it’s my day. Absolutely.

Well,
Hari ini, gue mendapat pelajaran. Gue harus berhenti terlalu menspesialkan sesuatu. Dalam obrolan malam lainnya, Gue dan Laksa membahas topik ini.
Kenapa gue kecewa? Karena gue terlalu menspesialkan hari itu, bukan?
“Coba kalau kau nggak menspesialkan sesuatu. Ketika kau kehilangannya, kau tidak akan sesedih itu, kan?” tanya dia retoris.
Gue tersenyum menngangguk.

Read more »»  

How's Campus, Fi? (1)

Well.
Long time no no no writing.
Yea. This campus-life does take my time, a lot.
Well gue mungkin belum akan nulis lagi kalau-kalau belum di request Oji. Silent Reader blog yang jarang kasih komen di comment box. He asked me directly instead of filled the comment boc. Eleh -_-

Jadi, topik yang akan gu bahas adalah, How’s Campus, Fi.
 Kocak, gue disuruh nulisin lagi throwback pengalaman dari 2 bulan lalu. Ah udah keburu janji, dan lagipula, semakin gue tunda, semakin banyak juga yang akan terlupa. So here’s the story. Go on:

Sampai di UI. Gue harus mengikuti serangkaian daftar ulang. Yajelas lah yaa.
Nah, setelah mengikuti rangkaian daftar ulang, ada agenda yang harus gue ikuti:

LATHIAN PADUAN SUARA
                Sebagai Maba, lo pasti akan dipertemukan dengan Pak Dibyo. He’s a legend. Everyone knows him. Sebelum secara resmi mengikuti upacara penerimaan Maba, which is, sekaligus acara wisuda bagi senior 4 tahun belakang. Di sini, lo akan di kasih sebuah buku kuning. Iya, buku kuning pertama elo, Buku Lagu Wisuda.
Dan lagu-lagi itu yang akan lo hafal dalam beberapa hari ke depan.
Genderang UI
Hymne UI. Everything. Lagu-lagu yang ketika dinyanyikan bersama, for the first time, bikin hati lo begetar dan be like: Omaigat gue anak UI. Dengan perasaan super excited dan mata berbinar. Alhamdulillah.

                For sure, latian padus ini kadang bosenin juga ples malesin banget juga. Beberapa, masih ada yang bandel dan cabut waktu padus.
Here’s the trouble
Ketika masuk Padus, lo akan dikasih kartu absen “DATANG” dan sorenya lo akan dikasih kartu “PULANG”. Sebagai bukti lo udah dateng hari itu.
Total kartu-kartu ini nantinya berjumlah 16. Kemudian, 14 kartu ini, bisa diteukarkan dengan Jaket Kuning. Iya, Almamater kuning mentereng itu. Almamater yang warnanya as bright as harapan bangsa pada mahasiswa. Eak.
14 Karcis padus =  Jaket Kuning

UNFOTUNANTELY. kartu gue ilang 1. Iya. Entahkapan di mana, gue baru sadar di hari H. I swear.
Gue semacem panik gitu. Ah mampus, kan gaseru kalau gadapet jakun.
Gue udah di dalem barisan. Barisan antrian penukaran 14 karcis tadi. Gue melirik ke belakang. Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan bertampang datar menatap lurus ke depan.
Gue pun kemudian mencoba memberanikan diri
“Ehem. Eh, lo kartunya lengkap, nggak?”
“lengkap sih”
“Eng, gue kurang kartu, 1 aja. 1 lagi doang. Gue boleh minta 1 kartu lo nggak?” dia diam sejenak. Terlihat berfikir dan memperhitungkan
“Gini, lo baris di depan gue deh. Kalau misalnya lo nggak bisa masuk dengan 15 kartu, gue balikin kartunya ke elo. Tapi kalau lo jebol dengan 15 kartu, kartu lo gue pake. Gimana?” gue berusaha memajukan negosiasi.
Dia mengangguk. Terlihat tidak keberatan menyodorkan satu kartu ke arah gue.
“Eh, nama lo siapa?”
-gue se tai itu emang. Minjem dulu tapi lupa nanya nama.
Maka jadilah dia, Dimas-Manajemen 2015. Menyelamatkan gue di jakun day itu.
Dimal boleh masuk dengan 15 kartu, which is also means that, i passed with 14 cards.
Ini gue, di hari pertama penerimaan jakun. Isnt this exciting?
Makara –Lambang UI- itu beda-beda per-fakultas. Gue, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, memegang makara abu-abu. Ada 4 items yang bakalan lo terima di hari itu: Jakun polos, topi, makara, bros (Makara dalam bentuk pin up)
Makara itu harusnya di jahit. Tapi karena gue (dan hampir semua Mahasiswa Baru) ngerasa moment ini perlu diabadikan, semuanya mendadak kreatif. Ada yang menempelkan makara ke jakun dengan double tip. Ada yang menyematkan makara ke jakun dengan pin up tadi.
Gue? gue termasuk ke dalam golongan yang menyematkan makara dengan safety pin ala-ala makara tadi. Makanya jadi gantung gini makara gue. WKWK LOL




After Jakun Day.
It starts.
OPK
Ospek Fakultas.
                Hari itu kami disuruh berkumpul dengan dresscode abu-abu. Greypride. Warna abu-abu bermakna penting bagi FEB.
                Hints: kalau ntar lo masuk UI, makesure lo at least punya baju yang sesuai dengan warna makara fakultas. Karena biasanya bakal banyak acara gathering yag make dresscode warna makara masing-masing. Biar kalo lo nyasar, bisa keliatan lo itu maba apa. Maba putih- FIB, maba Abu-FEB, Maba Jingga- FISIP, Maba merah-Hukum, and many others.

                Hari itu, tanggal 8 Agustus 2015.
Berdasarkan pemberitahuan yang gue terima semalam, kami akan mengadakan pertemuan perdana tanggal 8 Agustus 2015 di FEB.
                Udah hampir sebulan di UI, gue masih belum hafal di mana-mana aja fakultas di UI. FEB sekalipun. Satu satunya tempat yang familiar bagi gue adalah balairung. Iya. Cuma balairung. Titik point pertemuan pertama. Lokasi padus berlangsung.
                Fortunately, gue juga punya temen, Romi. Manajemen-FEB. Romi juga Imami (Ikatan Mahasiswa Minang). Gue janjian bareng Romi biar ke FEB bareng.
Romi pengadaptasi yang baik. Dia lihai dan tahu tempat-tempat dengan cepat. Gue tenang kalau udah jalan bareng Romi, at least gue tau gue ga bakal nyasar, sekali pun nyasar, at least dia anaknya tenang banget dan nggak panikan, sekaligus bisa menangkan dengan baik.
                Gue ketemuan sama romi di Masjid UI, also known as Masjid UI. Kita mulai jalan jam setengah 1. Walaupun menurut intruksinya ngumpul jam setengah 2.
                Gue dan Romi berjalan pelan dan santai. Kami (seharusnya) masih punya banyak waktu. Sambil jalan, Romi menjelaskan kalau gue harus RegOl (Registrasi Online). He knows a lot. Bahan ketika gue bahkan belum tau apa-apa mau ngapain. Dia udah tau doesn-dosen zonk mana yang sebaiknya nggak lo pilih waktu ambil kelas.
                Gue berkutat dengan HP sambil jalan. Mengisi form isian data mahasiswa online. Sampai tiba-tiba
“bikin 2 banjar, dek!” gue mendongak. Seorang senior dengan Jaket Kuning entah bagaimana sudah berderet di depan, dengan jarak kurang lebih 1 meter masing-masingnya.
Gue mendongak menatap Romi (NB: tinggi romi 180 lebih kayanya) mengisyaratkan: ‘ini ngapain sih?!” Tapi Romi juga menatap dengan wajah tak kalah bingung
“Tidak ada yang mengobrol, dek!” teriak senior yang kami lewati lagi.
Ah
Gue mulai dongkol

...
(To be continued)




Read more »»  

Saturday 1 August 2015

College, Gateway

2 Agustus.
Lusa gue berangkat.

Random shits on my head.
Gue sedang khusyuk-khusyuknya berdoa supaya gue nggak mewek pas ditinggal di perantauan nanti, pas Mama Papa mau balik ke Solok lagi.

Lusa udah berangkat aja.
Ah ngga nyangka
Gue belum sanggup rasanya pergi.
Pergi lagi.
Pergi lagi setelah merantau nonstop dari SMP, SMA, dan sekarang, College.

Gue ngerasa betah banget di rumah.
Gue ngerasa nggak mau ke dunia luar
Gue ngerasa pengen di rumah aja, wif Mommy, Daddy, and Sisters.
Gue masih belum siap, ketemu betrayer bitch betrayer bitch bermuka dua yang lain lagi.

Guess what.
Bertahun-tahun temenan, bertahun-tahun bab beb bub bab beb bub an, cerita, bagi air mata dan tawa bersama.
Malam ini gue dikejutkan dengan fakta, onggokan kalimat jujur dari orang yang gue percaya tadi.
Girls thing
Ah, ngga usah dibahas.
Gue kecewa maksimal.

I dont trust people.

Gue mau bahas aapa ya,
Random.
Lu mau tanya apa?
Bytheway, do you play Ask.fm? im on it anyway =>Fiamelinda

Hm, Ahya. Bahas kuliah.

Kuliah.
Ah, jujur, gue sedikit gentar.
Di grup line Akuntansi UI, semuanya pada hebat-hebat.
Bayangin,
Ketika bahkan daftar ulang belum dibuka, masih tanggal 6 Agustus nanti,
Udah ada yang ngaplot foto “SOAL UTS Akuntansi”
Kemudian, ada yang respon
“Lah, itu kan materi semester 3 ato 4. Kita nanti belajar dari 0 dulu”
Gila nggak tuh? Mereka bahkan udah tau materi-materinya.
Nggak Cuma itu, beberapa buku berjudul asing juga sering didiskusikan
Entah buku apa.
Kira-kira begini potongan percakapannya
“Guys, saran nih, kalau mau baca buku, buku judul *** bagus buat dijadii referensi”
“Eh iya gue udah baca yang itu. Bagus bukunya”
“Eh, elo yang kemaren itu ya? Yang ikut Olimpiade Indonesia Cerdas?”
“Iya, lo ikut juga kan ya? Pantes rasanya ngga asing”
Eh blaaa

Isinya anak jenius semua.
Percakapan di line seperti itu berlanjut.
Dan tebak gue yang mana?
Gue, yang suka ngirimin stiker nggajelas memotong-motong pembicaraan seru tadi.
Atau,
Ketika ada yang membahas pernah-bertemu-di-kompetisi-apa, gue malah nimbrung
“Eh elo! Gue pernah liat lo di tipi!
Di acara...
7 Manusia Hari*mau”
Krik Krik
Nda lucu emang

I’m here being like
“Mommy your daughter is drowniiing”
Hft.
Doakan semoga nanti gue nggak kelelep

UI Gateway. I'm coming




Read more »»  

Friday 24 July 2015

Akuntansi UI. The Struggle is real

Selamat Malam, pembaca. Semoga masih setia membaca coretan gue.

Udah lama banget ngga nulis blog lagi. Janji gue untuk menulis blog setiap hari Sabtu terkhianati. Terkhianati dengan kesibukan sebagai mahasiswa baru. Ciela. Iya, gue bakal jadi Mahasiswa loh. Dan gue mau berbagi cerita, perjalanan mendaki salah satu gundukan hidup gue.

Road to UI

Kelas X 
Menjadi murid kelas X SMAN 1 Sumatera Barat. Pasti kenal banget sama tugas dari Bunda Ria, guru BK Kami. Tugas turun temurun dengan judul: AKU DAN MASA DEPANKU.
Tugas pertama kami di mata pelajaran BK untuk menulis peta hidup kita di beberapa halaman HVS. Diprint, kemudian di jilid, di kumpul.

Gue ingat banget, waktu itu lagi jatah libur asrama. Gue sedang mengerjakan tugas itu di depan komputer kamar. Menunggu hasil cetak keluar. Mesin printer yang berdesing membuat Papa ikut masuk ke kamar, mengambil kertas yang sudah di print dan membaca sepotong tulisan kampus tujuan gue yang tertulis capslock
AKUNTASI UNIVERSITAS INDONESIA.
sebuah impian.

Kelas XI. Gue lupa bagaimana persisnya, yang jelas, sejak gue kelas XI gue sudah melupakan impian di tugas AKU DAN MASA DEPANKU tadi. Gue beralih dengan pilihan. Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.
Fix.

Ilmu Komunikasi UI
Sastra Inggris UI
Sastra Inggris Unpad

3 pilihan ini selalu gue sematkan di setiap Try Out SBMPTN yang sering gue ikuti waktu kelas 11.

melihat pilihan gue, Papa yang realistis berkomentar
“Fira, kalau target UI. Saingan se Indonesia. harus pakai strategi” pesan Papa.

Gue kelas XII.
Ah. Rasanya semakin horor.
Menjejaki kelas 12. Gue mulai berubah pikiran. Tertarik dengan program studi Hubungan Internasional.

Pilihan gue telak,

Gue merasa mantap

Hubungan Internasional UI
Ilmu Komunikasi UI
Sastra Inggris UI

3 opsi ini yang sering gue cantumkan di setiap try-out try out SBMPTN selama gue kelas 12. Setidaknya sampai gue berada di tengah kelas 12.

Setelah menimbang-nimbang...
gue merasa minder sendiri.
gue rasanya belum bisa mencapai HI ataupun Ilmu Komunikasi

Gue fix. Memilih Sastra Inggris UI. gue mulai mencari prospek kerja Sastra Inggris. mencoba mendalami jurusan ini. 

Gue begitu labil.
di saat pengisian SNMPTN. gue mendadak tertarik dengan Ilmu Komunikasi UI. 
Hft, oke ganti
gue kembali ke impian kelas XI. Ilmu Komunikasi UI.
Gue meletakkan Ilmu Komunikasi UI sebagai pilihan one and only di formulir SNMPTN. 


Masa-Masa Bimbel
Gue udah pernah cerita perjuangan bimbel kan yaa? nih read disinii

Anyway, begini proses gue di bimbel tiap minggunya dengan 6 kali try out

Try Out pertama

Gue masih mantap dengan pilihan Ilmu Komunikasi.
Belakangan, gue jadi nggak mau lirik kampus lain selain kampus kuning. Gue Cuma mau UI. Gue meletakkan Ilmu Komunikasi, kemudian sastra inggris sebagai pilihan kedua. Pilihan ketiga? I have no idea. Gue Cuma pengen yang dua itu.
Minggu pertama bimbel, hasil TO 1 keluar.
Dengan nilai mentah 303. Passing grade 50,50%. Gue baru berhasil lulus di Kriminologi UI. Pilihan ke tiga. Pilihan yang gue ambil asal asalan karena gue suka suka suka banget sama film “Mindhunters” keren aja gitu jadi anggota FBI.
Peringkat pertama tapi masih belum berhasil lulus pilihan pertama.
Gue mulai khawatir. Membandingkan diri dengan teman-teman dari bimbel lain. Nilai yang jauh lebih tinggi dari gue, tapi masih belum berada di peringkat pertama di bimbelnya.
Hah. Gue belum boleh puas dulu ternyata, perjuangan ini keras.
Try Out diadakan setiap hari Sabtu. Kemudian konsultasi hasil Try Out di hari Selasa.
Konsul pertama itu. Mister Ari, Mister yang mengonsul gue, geleng geleng dengan pilihan gue.
Jangan UI tiga-tiganya.
Pesan beliau.
Berat hati.
Gue mengganti pilihan gue

Try Out Kedua

Untuk Try Out ke dua. Gue nggak nekat narok UI lagi di ketiga pilihan gue. Gue lupa apa yang gue pilih. Gue lupa lulus dimana di try out 2.
Nilai mentah gue Cuma naik satu poin dibanding TO 1: 306. Passing grade 51%. Gue meluncur ke peringkat 3. Dengan Khalid Jambak di peringkat 1. Adam Chaesar di peringkat 2.
Siang itu, Adam menelfon
“FIIA. BAHAGIA GUE FIA. Akhirnyo Adam diateh Fia! Mati-matian Adam belajar, Fia!”
“Ah njir. Sialan. Lu nelpon gue, untuk maagiah tau iko se nyo?
Hmm. Sekali ini daam. Sekali ini doaang. Tunggu TO 3, ya!”
“EEH FIAA. JAAN. Jan serius bana baraja fiaa. Santaaai”

Hft. Kan kampret. Temen. Ketika TO gue di peringkat 3, dia nelpon Cuma mo bilang itu doang.
But thats good.
Gara-gara telefon itu, gue jadi semakin semangat belajar.

Try Out Ketiga

Dengan Nilai mentah 344, dan passing grade 57,33%. Alhamdulillah gue bisa nge kick Adam. Kembali ke peringkat satu.
Tapi sayangnya, belum sekalipun gue lulus Ilmu Komunikasi UI. Gue mulai khawatir. Sangat khawatir. Apa gunanya peringkat kalau gue ngga bisa berhasil lulus di pilihan pertama?
Minggu ini orang-orang sibuk mengisi pilihan SBMPTN.
Di konsul minggu ke tiga. Konsul terakhir sebelum mengisi SBMPTN
Terjadi pembicaraan serius antara gue dan mister.

“Hm, kalau gini Afifah, pilihan satunya kita ganti jadi Akuntansi, gimana?”
“Ah enggak mister” gue menjawab cepat
“Nggak suka Akuntansi?”
“Suka sih mister, Papa juga nyaraninnya Akuntansi. Tapii, ngga yakin aja mister. Nilainya ketinggian. Ini aja, Komunikasi UI belum jebol-jebol”
Mister membca kertas formulir gue. Melihat nilai gue di TO 1 dan TO 2
“Afifah”
“Ya mister?”
“Kalau nilai, mister yakin masih bisa naik. Mister percaya. Sekarang tergantung Afifah suka atau enggaknya. Yatapi, kalau nggak suka nggakpapa” mister menuliskan ILMUKOMUNIKASI UI di kertas gue. “pilihan 2 nya, tetap Ilmu Komunikasi Unpad?” tanya mister
Gue terdiam.
Entah bagaimana, gue menyahut. 
“Mister. Pilihan 1 Akuntansi UI aja” Ah, kalau dipikir-pikir. gue selabil itu ternyata.

Mister tersenyum. Segera mencoret tulisan tadi dan mengganti dengan AKUNTANSI UI. Mister mematut matut kertas gue. merasa mantap

“Ini mister yakin, Fah. Jatuhnya kalo nggak di pilihan satu, ya pilihan 2. Belajar lebih rajin ya, nak” pesan mister sebelum gue berdiri. Gue menyalami tangan beliau. Beliau membalas genggaman erat. Seolah memberikan energi semangat. “Kalau afifah lulus akuntansi UI, mister belikan tiket ke jakarta pake Garuda” tutup beliau memotivasi. Gue tersenyum kaku.

Sepulang konsul. Segera gue menelfon Mama Papa di rumah. Mengabari keputusan besar pindah jurusan ini. kita sepakat, gue baru akan mengisi form SBMPTN setelah hasil TO ke 4 keluar.

TryOut Ke empat

Alhamdulillah. Untuk pertama kalinya. Dengan nilai mentah 387. Gue lulus di Akuntansi UI. Segera, gue mengisi formulir SBMPTN

Try Out Kelima

Nilai Try out gue turun drastis. Nilai mentah 322. Gue sedih. Kaget. Down. Minder. Gue udah keburu ngisi formulir SBMPTN. Ngga mungkin diganti. 

Gue terdiam.
Sedih.
Papan pengumuman masih ramai di kerubungi siswa siswi. Gue remuk. Gue duduk sendiri. Berpura-pura terlihat baik saja sampai teman-teman gue pulang. Gue nggak berniat pulang. Gue down banget ketika itu.
Gue mengeluarkan HP. menghubungi salah seorang teman. Hari ini Yudha sedang libur bimbel.
“Yudha, Fia sedih. Nilai TO fia turun. Ga lulus akun” pesan singkat gue.
“Yudha kesana. Tunggu. Yudha mandi dulu” sesaat kemudian dia sampai. Meyakinkan gue kalau gue bisa
“Yudha yakin. Fia lulus akuntansi UI” ucapnya meyakinkan "Lah?" tanyanya sampai wajah sedih gue memudar
"Jalan, yuk!" ajak dia.
gue tersenyum.
That’s what friends for, right? Menyemangati ketika elo jatuh.
Gue bersyukur dalam hati mempunyai sahabat kayak dia di saat seperti ini.

***

Sebulan sebelum pengumuman
Makan tak enak
Tidur tak nyenyak
Tapi gue mencoba selalu terlihat “i’m fine”
Mama hampir tiap hari menanyai kenapa gue nggak cemas.
Hft
Cemas. Cemas banget, ma.
Tapi gue tau. Ketika gue bilang gue khawatir, Mama bisa bisa ngga tidur karna ikutan khawatir.
Sehari sebelum pengumuman SBMPTN, mama demam
“karna capek” alasan mama. 
Malam sebelum pengumuman esbeem,gue bahkan nggabisa tidur. Gue memainkan hp sambil berbaring gelisah, sebuah pesan lama terasa mencolok

“...Tahajud dulu. Terus baca surah Al Isra’ ayat 80. Semoga do’a diangkat ke langit. I hope it helps” pesan Yudha di malam sebelum ujian SBMPTN dulu.

Malam itu, gue menyerahkan diri kepadaNya. Mengadu kepadaNya dalam tahajud. Mencukupkan segalanya dengan Surah Al Isra’.
Kemudian tertidur.

Hari pengumuman SBM. Dari siang pulang sekolah, Mama langsung tidur. “Capek” alasan Mama lagi. Hari itu Papa sedang ke Sawahlunto, ada acara berbuka bersama dengan teman beliau. Kakak gue udah nggak sabaran menanti hasil. Laptop dan gadget sama-sama tidak bisa memunculkan laman SBMPTN.
Gue gemetar. Sangat.
Gue mencoba membuka FB. Satu kabar, Ghozi lulus. Politik UI. Alhamdulillah. Gue bahagia atas dia, tapi perut gue masih teramat mules. “Bagaimana dengan guee?!” di status FB nya, Ghozi mengabarkan, coba cek pakai situs penerimaan.ui.ac.id

Gue dan kakak di luar, di teras rumah. Berharap mendapat sinyal yang lebih kuat. Kami berdua duduk berhadapan di ayunan besi. Kakak memegang smartphone nya. Gue dengan laptop.

Kakak masih me refresh laman SBMPTN. Diam-diam, gue membuka situs yg disarankan Ghozi tadi.
Gue memasukkan nomor pendaftaran
Dan
Maaf, anda belum lulus jalur masuk SBMPTN 2015 ini

Gue terdiam. Laptop gue berikan ke kakak. “Ndak lulus” ucap gue singkat
Gue masuk ke dalam rumah. Mengabari Mama.
“Ma, ndak lulus” ucap gue singkat. Tangan gue bergetar hebat kesusahan memegang HP yang sudah menampilkan 10 panggilan tak terjawab dari Yudha. SMS Adam lulus HI UGM. SMS Ghozi lulus Politik UI. Dan sms Dilla dan Giwang yang menanyai hasil gue.
Tapi kemudian. Sebuah sms dari nomor asing masuk
“Akuntansi UI Mantap” sms iseng, pikir gue
Beberapa detik kemudian, nomor tersebut mengirim pesan kembali
“Selamat vira, lulus Akuntansi” gue sedikit merengut, gue selalu kesal kalau nama gue ditulis pake V instead of F. Tapi? Ah, dia bilang lulus? Gue berjalan keluar ingin mengecek kembali ke laptop yang sedang di pegang kakak. Tapi, kakak keburu menyahut
“Pas kakak bukak, kok lulus?” tanya beliau dengan tampang heran
Gue langsung sadar.
“KAK. YANG PIA MASUAK-AN TADI NOMOR PENDAFTARAN SIMAK! KAK, PIA LULUS!”
Gue lari ke dalam. Memeluk MAMA
“MA PIA LULUS AKUNTANSI UI MA! MA PIA JADI ANAK UI! MAA ! ALHAMDULILLAH MAAA” Gue melonjak-lonjak, kemudian menjatuhkan kening mencium lantai. Alhamdulillah Ya Allah.
Mama menitikkan air mata bahagia.
Sesuai impian gue.
Membuat malaikat gue menangis bahagia. Bangga karena gue.
Mission accomplished.
Mama ligat mengabari Papa, nenek, dan keluarga yang lain...
Alhamdulillah.
Terimakasih ya Allah
Terimakasih Ma, Pa, Kak, Ya...
Terimakasih GAMA. memberi bukti! bukan janji! azek~
Terimakasih teman-teman...


epilog

Who knows, gue kembali bermuara ke pilihan ketika gue kelas sepuluh tadi, AKUNTANSI. Bye HI, Komunikasi, Sasing, Kriminologi.
Insyaallah. ini yang terbaik. Insyaallah...

setelah gue tanyai, ternyata nomor asing yang mengabari "selamat vira" tadi adalah Bang Agil. Abang-Abang GAMA yang dulu promosiin GAMA ke kelas gue. 

Sore setelah pengumuman itu, mama akhirnya cerita, Mama demam karena Mama kepikiran hasil ini. Mama takut gue jadi gila kalau ngga lulus UI.
But, Mom
Your lil daughter made it!! ^_^


Thousands Love
Read more »»  

Thursday 2 July 2015

A Short Page. Please, Stay Focus

Assalamualaikum.

Ah,
Berdasarkan jadwal, gue harusnya ngisi blog hari Sabtu minggu ini, dengan judul postingan yang udah gue rencanakan dari jauh-jauh hari.

Tapi
blogwalking barusan yang gue lakukan, beneran bikin gue gerah dan bikin tangan gue gatel buat ngetik lagi.

Jadi,
gue barusan main ke Blognya Dion.
Dari blog dia, gue mendapat satu pelajaran yang masih harus sering diingat ingat: Jangan Sombong. gue tersenyum dan mengangguk angguk sendiri waktu baca pesan dari beliau yang tertulis di blognya.
pesan klasik yang berbahaya. pesan klasik yang HARUS diingat untuk yang sedang berada di atas.
Jangan. Sombong.

Gue terus menelisik blog dia lebih dalam lagi.
membuat gue berkaca, "How about me?" 
setelah menimbang pengalaman gue yang gue rencanakan ditulis di novel ini, akhirnya gue memutuskan untuk membagi sedikit pengalaman gue ini sebelum gue kandung dalam bentuk naskah novel. azek.
Mungkin, dan semoga, ada pelajaran hidup yang bisa teman atau adik bisa ambil dalam potongan tulisan ini, semoga.

Here we go

***
Man Saara Ala Darbi Washola
Siapa yang berjalan di jalannya, Pasti sampai tujuan.

Potongan yang gue dapat di novel ketiga dari triloginya A,Fuadi: Rantau 1 Muara ini bermakna kuat. Fokus.
Fokus di jalan lo. 


Sebelumnya, gue mau cerita dulu Dion ini siapanya-gue.

Jadi dulu waktu SD, gue menjadi perwakilan Sumatera Barat buat ke OSN Matematika tingkat SD. Jedaaaar
Ngga perlu petir.
Iya, dulu gue anak Olimpiade Matematika.
dulu.
entah tahun 2008 atau 2009, gue lupa.

Matematika:
1st, Nisty Yulia, Bukittinggi
2nd, Dion Saputra, Dharmasraya
3rd, Gue, Solok. cie.

Ipa
1st, Amelia Nur Khasanah
2nd, Alga 
3rd, Mestika Intan Delima

Gue inget mereka ber enam, tapi bahkan si Dion ini melupakan nama gue. nyesek.
Tadi gue baca postingan dia yang menceritakan perjalanan OSN dia waktu SD, di tengah cerita dia nulis nama-nama kontingen sumbar waktu itu, dan setelah menyebutkan empat nama kecuali nama gue, dia nulis "yang 2 lagi lupa"
Hadeuh.
kalau kita ketemu sekarang, mungkin dia ngga inget kalau kita pernah ketemu dan di karantina sebelum ke Jakarta dulunya.
kalau kita papasan sekarang, mungkin dia ngga inget kalau dia pernah bikin gue dan Nisty saling berpandangan, senyum, dan teriak ala abege yang liat boyband favorit mereka tampil di tv waktu dia bukain pintu mobil buat kami.

OK come to my story

Bu Linda, pembimbing olimpiade gue waktu SD, pernah berpesan ke gue sebelum gue merantau dari SDN 05 VI Suku Solok ke SMPN 1 Bukittinggi
"Fira, tetap di Matematika, ya! jangan pindah-pindah. tekuni bidang yang udah dimulai ini. Fira udah punya modal. lanjutkan, sayang kalau ditinggal. jangan sampe pindah ke IPA nanti. saingan yang akan di temui orangnya pasti itu-itu juga. Lanjutkan ya, nak!" tutup beliau

Gue SMP.
jadi murid akselerasi yang musti melulu belajar memupuskan harapan beliau tadi.
Iya, SMP yang cuma dua tahun otomatis membuat gue gugur dari barisan pejuang angka. 
sebagai murid Aksel, secara harfiahnya gue nggak bisa ikut Olimpiade. 


Gue kemudian melanjutkan pendidikan ke SMAN 1 Sumatera Barat. 
Karena SMP yang udah di ringkas tadi, gue sekarang berada bersama orang-orang yang seharusnya berada setingkat di atas gue.
hari pemilihan Olimpiade, gue menanyai teman-tean melalui survey kilat percakapan sambil jalan.
dan, gila.
most of them, ambil Olimpiade Matematika. belum lagi, sebagian dari mereka, adalah pejuang-pejuang OSP dari SMP dulunya.
jelas, ilmu gue udah ketinggalan jauh.
ngga mungkin gue tetep di Matematika. melanjutkan perjuangan gue di Matematika yang udah putus 2 tahun, tiba-tiba bangkit dari dalam kubur dan sok sok an baris di leting Ilham Firdaus. Nda lucu.


gue kemudian melirik ke cabang Olimpiade yang lain, terdampar di Ekonomi.
di Ekonomi pun gue nggak benar-benar di sana.
beberapa bulan di SMA Sumbar dan di utus untuk ikut ke ajang Olimpiade tingkat Provinsi yang diadakan Unand, gue berhasil mendapat urutan ke 21 diantara ratusan peserta. dari Smanssu, cuma tiga orang yang lulus ke tahap semi final esok hari. Gue, Kak Chae, dan Icha. 

Permulaan yang lumayan buat gue sebagai murid kelas sepuluh, tapi bahkan belum cukup buat nampar gue agar memahami kata FOKUS.

gue mulai tergoda ke bidang lain, yang menurut gue seru juga. Debate.
Gue dan seorang teman dari kelas sepuluh, Ridho Kurniawan Putra, mulai khusuk menghadiri latihan-latihan debat. Iya, cuma Gue dan Ridho dari kelas sepuluh yang bertahan buat berlatih sampai penyisihan pada hari itu.

Gue nggak pernah benar-benar fokus.
Gue juga heran kenapa.
kadang gue mikir, mencoba menyenangkan hati sendiri, mungkin gue Divergent.

Nggak puas di bidang itu, gue coba mendekati dunia kepenulisan, mulai ikut lomba LKTI, dan cuma berhasil sampe di babak final.
kemudian gue ikut-ikutan menjadi wartawan muda koran daerah. mendapat kartu pers dan tercatat di deretan reporter, ditulis bold, barisan pertama karena huruf pertama nama gue A, ah, syahdu. tapi juga satu periode jabatan karena gue harus kuliah.

dan kembali, fokus gue terpecah, gue suka "lari" ke bidang ini itu. mencoba bidang-bidang baru yang menurut gue masih "seru-seruaaan"

Gue nggak pernah benar-benar menyelesaikan satu diantara mereka.

Ekonomi, gue stuck di urutan ke 4 untuk melaju ke OSP. sedangkan teman gue yang satu lagi, Ica, fokus hingga menjadi kontingen nasional Olimpiade Ekonomi dan berhasil mendapat medali perunggu di perjuangan tahun akhirnya. Sekarang? dengan tiket Olimpiade tadi, Ica berhasil memiliki bangku di Universitas Indonesia bahkan sebelum kami resmi mengadakan perpisahan sekolah.

Debate, debate angkatan gue mungkin adalah tahun mengecawakan bagi Mam, guru bahasa Inggris kita. mengingat tahun sebelumnya kakak kelas berhasil melenggang ke tingkat Nasional. tapi bahkan, angkatan gue, ah...
"Chose one. you cant get it both and get the bombastic achievement from them both. Focus in to just one part" nasihat Kak Chae ketika gue pernah berada dalam kondisi terdesak saat ada turnamen debat sekaligus pelatihan Olimpiade.


Sampai tadi.
Waktu gue baca blog Dion,
Gue jadi kepikiran

dia berjalan di jalannya, dan liat dia sekarang? berapa pencapaian dan trophy juara 1 Matematika yang udah dia raih? keren.

ditengah-tengah baca blog dia gue sempat membatin"Andai dulu gue nggak jadi murid akselerasi..." atau bisikan bisikan lain yang menyalahkan diri gue sendiri.
But No.
Gue bukan tipikal yang suka menyesali.
Everything is meant to happen.
Semuanya emang seharusnya terjadi, dan ada hikmah di balik semuanya.

Gue emang dulu ngga pernah adem di satu bidang. 
mungkin ini juga alasan kenapa gue pernah ada di kelas IPA 3 bulan, kemudian mengajukan diri menjadi transfer student pindah ke IPS, mencoba bernego agar Ujian MID IPS masih bisa gue ikuti.
tapi gue bahagia dengan semua pengalaman-pengalaman yang telah mengisi hidup gue. pengalaman-pengalaman yang udah gue pilih dan gue raih.
buktinya, walaupun gue terlihat seperti nda ada jalan gini, Header blog gue: On My Way. Anggap aja gue optimis, jalan yang kayak gini adalah jalan yang gue pilih.

"If you want something that you never had. You have to do something you have never done"

Underline that.


Pengalaman adalah guru terbaik, kata orang. dan gue belajar banyak dari perjalanan-perjalanan gue tadi. yang mungkin gue tuliskan di novel ke-dua gue
*ketika bahkan naskah novel pertama belum kelar
*kebanyakan mimpi
*but haha
*whocares

For you, my reader. Please, Stay Focus. bidik tujuan lo dari sekarang.
kalau emang lo menargetkan satu tujuan di hidup lo. tulis. tulis mimpi itu. 
berusaha. struggle. Inshaallah kalau memang disitu jalannya, lo akan tembus, atau jika tidak, Allah akan menunjukkan jalan yang lebih baik.

Jangan pernah putus asa.
Berjuang.
Fokus.
Keep Struggling.
dan, 
Selamat Malam! :)
Read more »»  

Wednesday 24 June 2015

Teachers, Two Thumbs Up (y) (y)

Long time no see.
Udah lebih sebulan gue ga nulis.
How's life, me?
Worse.
dikhianatin orang yang pernah lo anggap cem sodara, putus (final), nganggur abis esbem dan dag dig dug ser nungguin hasilnya yang bakal keluar sebulan lagi, O Life.
Perjalanan hidup yang makin semangat narik gue down, sedikit mengusik pandangan gue menjadi lebih skeptis dan sarkastik sama idup sendiri. Kenapa gue? kenapa harus lo? Alah palingan...

Ah malah curhat.

Bukan.
postingan kali ini gue gak nulis lifenote, bukan, bukan curhat random blogger lagi.

Postingan kali ini gue berniat membahas, ke-salut-an gue sama guru.

Nganggur sehabis SBMPTN bikin gue punya waktu lebih banyak di rumah. menghabiskan waktu sama Mama, Papa, Kakak (Chica) dan Adik gue yang nyebelinnya Masyaallah tapi gue cinta banget sama dia (Aira)

Aira, adik gue yang selalu pengen tahu tentang segala hal ini, berumur lima tahun.
Aira ini selaaaaaaaaalu pengen tau tentang apapun. Wajar sih, anak kecil, tapi, kadang juga bikin gue kehabisan akal sama tingkahnya.

misalnya aja kita lagi nonton,
pernah deh, waktu itu gue lagi nonton berita, yang lagi menyiarkan tentang berita "DEMO"
Aira yang nonton di samping gue langsung nanya
"Pia, demo tu apa?"
"Demo? ngg, apaa ya, oh, demo itu artinya protes"
"Protes tu apa?" tanya dia lagi
duh, apaa gitu bahasa unyunya
"Nggak tau pia"
"Gimanaa pia ni" komentar dia seenaknya. seriusan, Adek gue selalu semena-mena gitu ke gue, selalu!

in another time, gue lagi nonton talkshow yang namanya "BASA-BASI"
seperti biasa, Aya nanya arti "BASA BASI" ini ke gue
gue yang lagi malas mikir dan blank bener-bener ga bisa nemu another word buat dia
"Hm, nggak tau juga Pia, Aya tanya sama papa nantik, ya" kemudian dia diam, syukurnya nggak komen apa-apa lagi.

disamping bawelnya gak ketulungan itu, Aira juga bisa jadi temen curhat yang oke banget.
seriusan.
bayangin, semalem gue curhat
"Ayaa, Pia sediiih"
"Kenapa Pia sedih?
"Ya Pia sedih ajaa"
"Iya kasi tau sama Aya kenapa sedihnyaa"
"Yudha nggak sms-sms pia yaaa"
dan, guess what, respon dari bocah 5 tahun:
"Ooh, berarti pia masih cinta sama Yudha"
NJER
gue ngakak. seriusan. gila. sinetron drives my sister grow so much older.
nggak cuma itu, dia juga nambahin komentarnya
"besok kalau pia telpon Yudha, kasih sama Aya, ya. terus nantik Aya bilang: Bang Yudha, jangan ndak sms sms pia Aya lagi"
gue makin ngakak
sumpah
kemudian Aira nanya
"Yudha tu ndak mau bekawan sama Pia lagi?"
gue senyum. gokil.
"Enggaak, kawan pia masih banyak. Pia nggak sedih kok. Pia becanda aja tadi"
kemudian dia sibuk sama permainannya tadi. seolah kita tadi lagi bahas mainan rusak aja, ga peduli. Dia ga sadar kalo dia udah bikin mood gue extremelly okay. percaya dengan kalimat penutup 'cuma bercanda' gue tadi.

Aira masih lima tahun, udah bisa baca, hyper aktif ga bisa diem, dan ajaib.
2 tahun belakangan Aira udah dimasukin PAUD, tapi jarang banget masuk sekolah
"Aya kan udah bisa baca, Paud tu untuk orang belum bisa baca" celoteh dia sekenanya (lagi)
Iya, Aira jarang banget masuk sekolah, kalau dirata-ratakan, bisa dibilang tiga kali seminggu doang dia ke PAUD, itu pun...
pas pagi baru dateng, dia langsung buka bekal, ketika orang belajar di kelas, dia bosan dan main ke luar, ketika jam istirahat, dia baru masuk kelas.
begitu kata guru beliau.
Ah, gue pun heran.

Tahun ini Aira mau dimasukin ke TK atau SD.
Mama dan Gue setuju Aira masuk ke TK dulu, Papa lebih pengen Aira masuk SD aja. Papa kemudian nyuruh gue buat ngajarin Aira itung-itungan dasar tambah kurang ke Aira.
nah, disini cerita ini bermula

karena tahun ini Aira terhitung udah lulus PAUD, buku paket Aira yang di PAUD udah bisa dibawa pulang.
buku paketnya bukan buku-buku tebel kayak buku SMA, bukan.
bukunya tipis-tipis dan besar, kayak majalah Bobo lah, dan itu ada sekitar 6 buah.
ketika Papa membuka salah satu buku kegiatan Aira
"Ini buku kok kosong, bersih, gak pernah di kerjain, Aira?"
"Ada Aya kerjaiiin" jawab Aira, dia mendekat ke buku yang dipegang Papa, membalik ke halaman paling belakang. "Niii, ada kan?" Aira senyum menjawab menang
buku Menggunting dan Menempel itu emang belum ada yang tergunting dari halaman pertama, kecuali halaman terakhir, iya, bener-bener cuma halaman terakhir yang udah dia kerjain.
Papa cuma geleng-geleng kepala.

hari-hari gue 'mencoba' mengajari Aira bermula
"Ya, kita belajar yuuuk!" ajak gue semangat
"Yuk!" Aira gak kalah semangat karena hari itu hari pertama buku-buku PAUD nya dibawa pulang.
Aira mengambil buku sembarang yang ternyata adalah buku Bahasa Inggris.
pelajaran halaman pertama adalah bagian-bagian tubuh.
"E-yes" baca Aira
"nah, itu tu bacanya: Ays, kan Bahasa Inggris, kalo Bahasa Inggris, bacanya beda sama bahasa indonesiaa" jelas gue "nah, Ays tu artinya Mata. Bahasa Inggrisnya mata tu: Ays. Ha, yang mana gambar mata?"
Aira gak menggubris, membaca kata lain di bukunya
"Ha-ir. Ha-ir ni artinya air, Pia?"
"bukaaaan" gue bahkan belum menjelaskan lebih lanjut, tapi Aira malah membalik ke halaman selanjutnya. new topic: Angka
perintahnya adalah, ada gambar buah-buahan, nah hitung jumlah buah-buah itu, tentukan kalimat bahasa inggris dari jumlah buah tadi.
jadi gue ajarin dari basic dulu dong
"Aya coba itung angka-angka bahasa inggris. One, Two, Three... apa lagi?" Aira udah pernah tau urutan angka sampe 10. jadi dari Aira umur 2 tahun, udah diajarin bahasa inggris dasar sedikit-sedikit.
"Aya ndak belajar ini do, Pia" Aira langsung menutup buku Bahasa Inggris tadi.
gue mulai frustasi.

Aira meraih buku lain. yang ternyata adalah buku Berhitung
"Ini gimana caranya, Pia?" tanya Aira setelah membuka acak bagian tengah buku tadi.
"Ooh, inii, Aya itung duluuu, berpa buah gambarnya kaan, abis tuu..."
"Bosan Aya yang itu, yang ini ajalah" jawab Aira membalik halaman selanjutnya.

Gue menggeleng. menatap Papa dengan tampang memelas, "Aira pembosan, Paaa" adu gue
"Aya jangan bosan-bosan gituu" tegur Papa
"Iyaa, pelajaran yang ini Aya ndak bosaaan" Aira mengambil buku yang lain: Menggunting dan Menempel
"Haa, yang ini Aya sukaa. mana gunting, Pia?"

duh.
ternyata butuh kesabaran ekstra banget buat ngajarin anak kecil itu.
gue pernah punya keinginan buat bikin PAUD, karena berada di sekitar anak-anak kecil dan main bareng mereka itu adalah hal yang ngasikin banget. Tapi ternyata, belajar bareng mereka nggak segampang itu. gue jadi mikir dua kali sama impian ini.

Salut. gue salut banget sama guru-guru pengajar dasar. yang beliau-beliau ajarkan adalah dasar.
pondasi banget. entah kenapa, itu semua serasa sulit banget menurut gue.
bayangin, gue cuma ngajarin seorang Aira rasanya lelah banget, gimana kalau ada satu kelas Aira? sekitar dua puluh murid dengan rasa ingin tahu yang tinggi versus seorang guru.
I cant even imagine my self in that position.

gue mengenang masa-masa SD gue sendiri.
Ah, thankful banget rasanya sama guru-guru gue di sana.
Ada buk Rosmalidar, wali kelas gue waktu kelas 1 dan 2 SD yang selalu datang dengan sepeda tua beliau. waktu gue kelas 2 SD, beliau yang berjasa bikin perkalian merekat erat di kepala gue. Dulu, kami diwajibkan maju satu per satu ke deman, menyebutkan) perkalian 1 sampe 10. harus hafal di luar kepala. dan satu pukulan penggaris kayu buat setiap kesalahan.
ini memicu kami harus hafal perkalian biar gak kena cium penggaris kayu itu.
Zaman dulu sih, biasa-biasa aja main pukul-kecil gitu, gak kayak sekarang, guru pukul murid sikit, masuk penjara.
haha.

Guru-guru SD itu hebat banget. beliau memegang peran yang sangat penting untuk pendidikan kita ke depannya. karena ya, seperti yang gue katakan tadi, beliau-beliau mengajarkan dasar.
Pak Sofyan, guru bahasa Arab, berjasa banget sampe gue hafal nama-nama bulan hijriah melalui lagu kreatif.
Buk Marlina, guru Matematika, yang ngajarin cara praktis hafal perkalian kilat 9, sampe sekarang gue masih memakai metode perkalian beliau ini.
Teacher. guru Bahasa Inggris yang biasa dipanggil "Teacher" ini juga berjasa banget bikin gue jatuh cinta sama pelajaran Bahasa ini. sebab waktu SD dulu, beliau selalu bikin Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang fun banget karena selalu ada "Games time".

Wah.
gue gak tau-tau banget gimana sistem pendidikan dasar belakangan. yang gue tau, sekarang yang dipake itu kurikulum baru yang menurut gue lebih ribet.
I dont know at all.

tapi, buat seluruh guru di dunia,
i thank you.
terima kasih.

kebutuhan guru-guru berkualitas di Indonesia semakin urgent.
daya tampung jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar juga semakin diperlebar.
untuk teman-teman sebaya gue yang mau ngambil jurusan ini, gue cuma mau bilang.
Please, be nice, kalian megang masa depan seseorang, sekaligus masa depan bangsa, penuhi tanggung jawab mulia ini sebisa mungkin. kita butuh guru-guru hebat yang nggak cuma ngajar, tapi mendidik dengan baik dan benar. yang bisa menanamkan nilai-nilai karakter dari kecil. yang bisa membiasakan nilai-nilai positif sama bocah-bocah unyu. yang sabar ngadepin anak-anak bangsa yang makin kreatif. yang cerdas memfilteri agar generasi baru tidak terkontaminasi pengaruh buruk globalisasi.


Teachers all over the world, thank you, so much.
Read more »»  

Tuesday 12 May 2015

Out Of Comfort Zone

Er!
Seriously!
I absolutely out of my own comfort zone. Being in this city. This crowded place: Padang.
Ahaah

Memasuki minggu ke tiga gue di sini.


Oke,
Gue takut berada di sini, di kota ini.
Entah dipengaruhi faktor terhantui di bawah bayang-bayang SBMPTN, 
atau, 
faktor pesan Mama dan Kakak yang ga pernah bosan bilang:

“Padang tu ngeri, Fi! ” 
jelas, beliau-beliau berpesan berdasar pada berita berita kriminalitas yang mengalir dari media massa, sekaligus mempertimbangkan betapa gue ini, ah-
ele
muehe -_-

Di Padang, gue lagi berjuang, bimbel, struggle buat SBMPTN yang kurang dari sebulan lagi datangnya. gue nempe di kos Kakak yang kebetulan kos di Padang tiga tahun terakhir. Iya, nebeng doang, gak bayar.
Di kamar, kakak sekamar sama seorang kakak baik hati asal Painan yang biasa manggil diri beliau “Kak Ipi” 
Kos kakak ini, dengan cantiknya, terletak di daerah Limau Manis, Nah, sedangkan, bimbel gue ini, terletak di daerah yang namanya: Tarandam.
Ha,

Hm, 3 hari pertama Bimbel, gue di anter jemput. Karena gue bener bener masih buta arah sama kota ini.
Bahkan buat dianter jemput pake motor, udah benar benar melelahkan banget buat gue. 20 menit kalo ngebut. Iya, segitu waktu tempuh yang gue hadepin tiap pagi.
Masuk bimbel jam setengah delapan, artinya gue harus bangun lumayan pagi,
Belum lagi kakak-kakak yang gue cintai ini seringnya masuk siang. Gak ada yang bangunin pagi-pagi, ribut kalo telat sholat subuh, ngetokin pintu kamar berkali-kali, masuk kamar pake sendok besi buat di kelintang kelintungin ke ranjang besi kayak diasrama. Ah, disitu kadang gue ngerasa kangen dan sayang banget sama Frau Irma. Pembina asrama gue dulu. Ah, iya. Dulu.
Jadi, sekarang, gue harus bangun mandiri, bangun duluan, ketika yang lain masih terlelap.
Setelah bersiap-siap, dimulai perjalanan yang indah ini.
Ah,
Syahdu,
20 menit di kemacetan pagi, bikin wangi parfum gue dari kamar kos, berubah jadi bau asap polutan sesampainya di bimbel. And this is the shit that i hate the most of this “trip”

Sampaai bimbel, ya gue belajar. Sampai jam 11, kecuali Senin dan Jumat, sampai jam sembilan pagi. Biasanya, di pertengahan jam menjelang jam sebelas. Di situ monster-monster perut gue melolong meminta di isi.
Biasanya gue bakal permisi keluar, jalan ke bawah, beli roti bakar isi coklat Rp2000,00, kemudian gue makan dengan bahagianya di samping luar pintu kelas gue.

Berada di kelas ini juga gak kalah awkward nya, di isi dengan teman teman dari SMA SMA lain, yang sebelumnya gue gak kenal. Gue mencoba membaur, berusaha menyatu, berusaha untuk tidak selalu duduk di samping teman-teman satu SMA demi memperluas jaringan pegaulan gue.


Perjalanan pulang, ah, ini perjalanan yang selalu bikin gue cemas.
Ga tau, gue takut aja,
Jadi, setelah 3 hari pertama di antar jemput, kemudian gue diberi tahu jalan untuk pulang pake angkot.

Pokoknya, pia cuma naik angkot Hijau. Ga ada yang lain, Cuma Hijau, terus sampai di Kos” 
penuh penekanan pada warna hijau biar gue gak lupa kayak anak SD,  begitu petunjuk kakak gue. Gak Cuma itu, beliau juga ngajarin, kalau gue naik bus Universitas, kalau pengen berhenti, gue bisa bertepuk, atau bilang “siko cek pak!”, ya, even that kind of simple thing, she reminds me.

3 hari pertama gue pulang gak dijemput, gue mengalami cara pulang yang bervariasi.

Pulang hari pertama, gue pulang diantar angkot Hijau sampai kos, iya, masuk ke gerbang Unand.

Hari ke dua, gue pulang diantar angkot Hijau sampai setengah jalan; pasar baru. Lalu menyambung angkot dengan angkot Hijau lagi ke gerbang unand.

Hari ke Tiga, gue pulang diantar angkot hijau sampai setengah jalan; pasar baru. Lalu menyambung perjalanan dengan bus universitas.

bahkan dalam 3 hari gue udah nyoba perubahan sosial yang terlalu cepat, yang berakibat konflik batin.
Ah.
Gak jarang gue rasanya pengen nagis sendiri aja,
Takut.
Berat.
Ngeri.
Ya Allah.


But then,
Setelah gue pikir-pikir, gue kebanyakan ngeluhnya,
Jadi gue lagi menggiatkan diri untuk change point of view,. melihat dari sisi yang lebih positif, meneropong dari lensa bersyukur.
pret, ini bahasanya kok berat banget .-.

Wah, syukur, gue harus bangun pagi buat bimbel, gak kebiasaan malas-bangun-pagi kayak biasanya. Syukurnya lagi, ada Kakak yang setia menempuh perjalanan pagi berdua, masih kasian yang lain, yang harus naik angkot tiap pagi ke bimbel nya. Wah, betapa berutungnya gue masih ada yang mau nganterin sejauh itu.
coba bayangin kalo gue ga naik motor tiap pagi? gue musti naik angkot dan telat tiap pagi.

Bau asap sedikit setiap pagi, gak papa lah. Toh, kalau gue gak suka bau asap di pagi hari, gue masih bisa bawa parfum terus pake lagi ntar kalo udah sampe di bimbel, kan? Ahaha.

Alhamdulillah pertemanan gue juga udah mulai melebar, mereka ramah-ramah, ada Mutia, yang dari Smanssa Padang, Zia, Putri, dari Smanssa Padang Panjang, Tessa, dari SMA 3 Padang Panjang. Mereka ramah ramah banget ^^. gak semengerikan yang gue kira. meraka terbuka {}
Alhamdulillah....

Naik angkot di padang, melatih gue lebih berani, lebih kuat mental ngadepin angkot yang kadang udah bikin gue cemas duluan sebelum melangkah ke dalam angkot. Gue harus berani. Ya, Depok nanti mah, masih di atas ini, masa dengan kota yang baru segini padatnya, gue udah gentar duluan? Anggap aja ini orientasi calon Mahasiswi. Gimana nanti kalo gue udah kuliah kan? Gaada Kakak yang bisa kontrol gue tiap saat. Jadi gue harus belajar berani. Berani.

At least, gue percaya,
Ini salah satu perjalanan. Menuju kehidupan.
Kehidupan dewasa mau gak mau harus di mulai.
Ya, walau pun pengen nangis banget mengingat gue udah menua, udah menujuh belas, tapi ini masih awal,
Gue harus keluar dari comfort zone.
Bergerak
Ciptakan comfort zone wajar yang bersesuai dengan kulit-kulit lingkungan yang gue temui.
Gue gak boleh nyerah,
Ya!
Semangat, 
Gue!

Camaba 2015
Afifah Safira Melinda



Read more »»