Sunday 27 July 2014

Welcome To Seoul

Welcome to Seoul
Syifa menatap langit-langit kamarnya. Menunggu. Selarik kabar dari Tao yang belum juga hadir. Jam dinding di ruang tengah berdentang 12 kali. Tepat. Jam 12 malam. Dan masih saja, sebaris berita yang dinantinya itu belum juga terdengar.

“Oppaaaaaaa!!!” memecah keheningan malam, ia berteriak, terlalu lelah rasanya. Bukan sekali dua kali Tao begini.

“Kak Syifa dieeeem. Gue mau tiduuur!” adik laki-laki Syifa, Tafe, protes dari kamarnya yang tepat bersebelahan dengan kamar Syifa.

Syifa tak menggubris seruan jengkel Tafe. Memilih melanjutkan berkelana di twitter, mencari kabar tentang konser Tao di korea malam ini.

“konsernya udah selesai 1 jam yang lalu... Oppa! Kau kemana! Kenapa tak memberiku kabar!” lebih pelan Syifa berteriak pada wajah Tao yang menempel di backgroung gadgetnya.

Hampir 1 tahun. Tanpa terasa hubungan LDR ini sudah 11 bulan ia jalani. Siapa sangka ia yang dulunya Cuma gadis yang tidak terlalu tertarik dengan korea-apalagi exo-apalagi Tao kini berhasil menjadi pujaan hati Tao. Mengalungi status “kekasih hati” dimana jutaan Syifa-Syifa yang lain bermimpi untuk mendapatkan status ini.

“drrtt.. drrtt” Handphone gadis 17 tahun itu bergetar. Dengan segera ia merenggut lalu menjawab sebuah panggilan dari nomor tak dikenal. Nomor luar negri. Darimana lagi, kalau bukan, Korea.

“Yeoboseyeo?”

“Yeoboseyeo! Syifa!”

“Oppa!”

“Ya. Chagiya, maaf, maaf sekali, pasti kau sudah menunggu lebih dari 1 jam”

“Apa yang terjadi dengan ponselmu?  Kenapa menghubungi dari nomor ini?”

“Itu yang akan aku jelaskan. Maaf, tadi, sehabis konser, saat aku dan 11 member lain turun dari panggung. Aku berniat untuk langsung menghubungimu. Tapi sayangnya, saat aku baru   mengeluarkan HP dari kantongku, aku tak sengaja tersandung, handphone itu jatuh, dan yaaa, kau pasti mengerti betapa sesaknya kumpulan penggemar. Untuk melihat kearah mana hp itu jatuh pun aku tak sempat. Aku membeli hp baru. Maafkan aku terlambat mengabarimu, chagiya”

“Yaa, Oppa. Bisakah kau sedikit lebih berhati-hati? Perhatikan keselamatanmu. Beruntung Cuma HP yang terjatuh kali ini. Bagaimana jika tubuh mu sendiri yang jatuh dan terluka?”

“Ah, lagipula aku sekarang baik-baiksaja dan sedang menelponmu sekarang, bukan?” ucap Tao yang tidak dijawab apapun oleh Syifa.

“Syifa”

“Ya?”

“hampir 1 tahun. Kau ngat?”

Syifa terdiam. Tersenyum. Bagaimana bisa aku melupakan hari itu Oppa?! Dalam hati ia berteriak. Hari dimana ia yang sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan exo, tapi terpaksa harus menemani Willa, sahabatnya untuk menonton konser Exo di Indonesia. Penonton-penonton penggemar exo begitu heboh malam itu .dan secara tidak sengaja, ditengah keriuhan konser , seorang fanboy menumpahkan segelas soda ke baju Syifa.

Syifa tersenyum lebar ketika ia mengingat kejadian setelahnya,

ia langsung mengamuk dan meneriaki fanboy yang tidak sengaja itu. Syifa diamankan ke belakang panggung. Dan saat itulah, pertama kali ia melihat Tao secara langsung. Dan selanjutnya, terjadi begitu saja, seolah fraktur takdir memang tak ada yang sia-sia. Setiap garis tergurat dengan sebuah alasan. Kenapa hari itu ia mau menemani Willa yang tergila-gila dengan Chaenyol Exo, mengapa ia langsung marah saat seorang fanboy tanpa sengaja menumpahkan soda ke bajunya, dan juga mengapa ia diamankan ke belakang panggung dan bukannya di ruang security. Sebuah takdir yang terbungkus rapi untuk mempertemukan ia dengan pria seperti Tao.

“Chagiya?”

“...”

“Syifa...”

“...”

“Syifa!” Tao memanggil Syifa lebih keras

“yaaa. Kau tidak perlu berteriak-teriaaaak!”

“kau diam dan tak menghiraukanku selama 10 menit. Ada apa? Kau melamun?”

“ah! Tidak, lupakan saja. hoaamz”

“kau menguap? Omo! Kalau aku tidak salah memperkirakan, ini sudah jam 1 tepat di Indonesia. Kau harusnya tidur!”

“harusnya aku yang mengingatkan mu tuan Hwng Zi Tao. Jika disini jam 1 malam, itu artinya di korea  jam 3 malam. Salahkan dirimu yang menelfonku selarut ini!” ucap Syifa ketus

“ah dasar! Cobalah bersikap sedikit manis kepadaku. Tunjukkan kelembutanmu sebagai perempuan. Kau malah menyalahkanku” Tao merengut

“yaak, setidaknya itulah daya tarikku yang membuat kau terpikat”

“baiklah. Kau menang” Tao mengalah dengan suara yang lebih lembut

“yeay!” syifa bersorak senang

“setidaknya aku lebih senang mendengar tingkah kekanakanmu yang bersorak seperti itu daripada kau yang bersikap ketus!”

“Yaaak! Oppa!”

“Syifa, ada yang harus aku beritahu. Tapi tolong jangan berteriak. Ku mohon”

“Ne. Mwo?”

“Eng, aku lupa!”

“Yaaak, Oppa, kau tahu aku paling tidak suka dibuat penasaran. Cepat beritahu aku atau aku akan datang ke Korea dan menggedor pintu kamarmu saat kau sedang terlelap!”

“Datanglah”

“Oppa, aku tidak bercanda”

“aku pun tidak bercanda, itu yang ingin aku sampaikan. Datanglah. Untuk merayakan hari jadi kita yang setahun”

“Oppa... kau...”

“Syifa. Aku ingin kau datang. Tiket ke korea sudah aku kirim kemarin. Harusnya tiket itu akan sampai pagi ini. Aku mengirim 3 tiket. Silahkan ajak siapapun yang kau mau untuk menemani. Selama itu teman perempuanmu. Satu minggu lagi hari jadi kita. Dan aku ingin kita merayakannya bersama”

Syifa kehilangan kata-kata. Tidak, tidak mungkin. Apakah ini mimpi? Ia akan bertemu lagi dengan Tao? Ini akan menjadi hebat!

“OPPA KAU SERIUS? AAAA SARANGHAEYO OPPA. AKU PASTI AKAN DATANG. DAN. AH. OPPA. YOU’RE JUST AMAZING. OMO! AKU BAHKAN BELUM MENYIAPKAN KADO APAPUN UNTUK HARI JADI KITA. AH TIDAK, AKU HARUS MENYIAPKAN SEGALANYA!  OPPA. SELAMAT MALAM! TERIMAKASIH ATAS HADIAHMU. GOOD NIGHT. ---Tuuts”

telepon diputus. Tao menggeleng-geleng melihat tingkah gadisnya. Gadis yang selalu ceria itu. Gadis yang disayanginya. Yang membangun pilar-pilar pertahanan hingga ia rela meski harus menjadi distancer. Menjalani hubungan jarak jauh ini.

*1WEEKSLATER*

Syifa dan Willa sampai di bandara Incheon. Bandara terbesar di korea Selatan. Syifa dengan setelan mantel kulit coklat yang senada dengan rambutnya sedikit menggigil kedinginan. Musim salju di korea memang indah. Setidaknya jika dibandingkan dengan Indonesia yang tidak memiliki musim salju sama sekali.

“Syif, Tao mana?” Willa bertanya sambil memasang sarung tangan dongker yang dibawanya dari Indonesia

“Gatau deh ya. Gue telfonin ga aktif ini nomernyaaa”

“tadi terakhir dia bilang apa sama lo?”

“dia Cuma bilang kalau gue gak perlu khawatir kalau gue udah nyampe bandara. Ntar dia sendiri yang jemput gue, terus dia bilang dia bakalan kasih salam selamat datang di Korea yang ‘tak kan terlupakan’ katanya. Tapi mana ya? Duh. Ga lucu ah! Gue gatau jalan apa-apa di sini. Orang tulisan plang jalannya tulisan korea semua. Gue ga ngerti ah!”

“telfonin lagi cobaaak” desak Willa yang mulai khawatir

“ini gue udah coba dari tadi Will, gak aktiiiiif”

“Syifa!” seorang pria berambut pelangi nyentrik berlari kearahnya

“Will, itu siapa???” bisik Syifa

“YA AMPUN SYIF! PERCUMA ELO JADI PACARNYA TAO TAPI GAK KENAL MEMBER EXO YANG LAIN. ITU SEHUN SYIF! SEHUN!”

“Oiya gue pernah denger namanya kalo gasalah”

Sehun semakin dekat dan memanggil Syifa lebih keras

“Syifa, dan, ya, kau,,”

“Willa” dengan segera Willa menyebutkan namanya ketika Sehun menyiratkan wajah kebingungan

“bukankah seharusnya kalian bertiga?”

“tidak, Sehun. Aku hanya membawa 1 orang teman. Mana Tao?”

“ya! Itu! Hyung! Kau harus ikut denganku!” Sehun langsung terlihat kembali panik “tunggu disini, aku akan membawa mobilku kearah sini. Kita harus cepat!”

Syifa dan Willa hanya saling berpandangan. Rasa penasaran dan gelisah menyeruak di hati Syifa. Dimana Tao? Apa yang terjadi? Kenapa ia tidak datang sendiri menjemput? Apa yang terjadi? Apa yang terjadi?
‘ciiiit’ decitan mobil Sehun yang mengerem secara mendadak menimbulkan bunyi yang cukup mengganggu. Cukup keras untuk membuyarkan Syifa ditengah lamunan dan fikirannya yang sudah mulai benar-benar khawatir. Segera ia menyambar masuk ke dalam mobil Sehun. Dan dengan kecepatan tinggi pula Sehun menyetir mobilnya

“kita akan kemana? Ah , Tidak, jawab ini terlebih dahulu! Dimana Tao? Apa yang terjadi padanya? Mengapa bukan dia yang datang? Ada apa? Kenapaa?--”

“Yaa! Seingatku, Hyung bercerita kau ini sangat ceria. Bukannya cerewet!”

“JAWAB AKU!”

“kau bahkan tidak selembut cerita Hyung selama ini!”

“SEHUN!!” serentak Syifa dan Willa meneriaki Sehun agar segera fokus dan menjawab pertanyaan Syifa. Tapi Sehun hanya diam, ia kembali menyetir, wajahnya menampilkan raut khawatir sekali lagi. Sungguh, Syifa benar-benar benci dengan raut cemas itu sementara Syifa sendiri tak tau alasan apa dibalik kecemasan itu. Tak lama sesudahnya. Mobil mereka berhenti di sebuah Rumah Sakit

Syifa terdiam. Kakinya serasa memberat. Hatinya terasa dingin dan menusuk. Kemungkinan terburuk yang dari tadi terbesit dibenaknya mendekati benar. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan Tao

“maaf, Hyung berniat menjemputmu. Dia begitu bersemangat pagi ini. Tapi...” Sehun menarik nafas. Meskipun mobilnya sudah berhenti di halaman rumah sakit ini. Tapi tak satupun di antara mereka yang berniat turun. Sehun memalingkan wajahnya, tak tega rasanya bila harus melihat ekspresi Syifa ketika ia mengatakan kalimat yang harus dikabarkannya

“Hyung kecelakaan...”

Seolah detik berhenti. Butiran bening jatuh begitu saja dari mata Syifa. Dadanya sesak. Ini sangat kejam! Pertama kali ia menapakkan kaki ke Korea dengan ratusan bunga harapan, seolah semuanya layu dengan setetes siraman berita ini.

Willa menutup mulutnya dengan tangan. Merasakan kepedihan yang dirasakan sahabatnya. Kerinduan yang dipendam selama satu tahun, dan ketika rindu itu hampir menguap diterpa harapan sebuah pertemuan, harapan itu hilang.

Pertemuan yang sangat diinginkan sahabatnya. Pertemuan yang membuat Syifa tak bisa tidur berhari-hari memikirkan apa yang akan dilakukannya dan apa yang harus ia kenakan di hari pertemuan, kini menjadi pertemuan pahit yang paling tidak diinginkannya.

Sehun membuka pintu mobil. “Ayo!” singkat ia mengajak Syifa dan Willa untuk ikut dan masuk kedalam rumah sakit itu.

Syifa tak pernah menyadari bau rumah sakit bisa sesakit ini. Bau obat-obatan ini serasa memenuhi paru-parunya. Bau darah yang juga tak kalah menyengat serasa menampar. Membuat hatinya sangat takut. Takut jika bau darah ini adalah bau darah yang diteteskan Tao. Takut jika sebersit rintihan yang tertangkan di telinganya adalah rintihan tao..

“Hyung masih belum sadarkan diri. Ia masih di ICU” Sehun berkata pelan. Berharap agar ia bisa segera sampai di ruang ICU

“itu Hyung...” Sehun dan Willa berdiri terpaku ditempat mereka. Membiarkan Syifa yang maju dengan perlahan. Matanya tak lepas dari Tao dan kepalanya yang berbalut perban. Selang oksigen membelit tubuh Tao.

“Oppa...” bisiknya beserta satu langkah yang makin mendekat...

“oppa... kau jahat! Aku tidak datang untuk melihatmu sakit! Tidak bisakah kau mendengarkanku untuk sedikit lebih berhati-hati?! Lihat apa yang terjadi! Aku takut Oppa!” Syifa berbicara pelan. Airmatanya terus mengalir. Tangan Syifa menggenggam tangan Tao yang masih terlihat tidur nyenyak

“Oppa bangunlah... aku ingin kita pergi jalan-jalan.. menikmati musim salju bersama.. menghabiskan sepanjang sore bersama... Oppa bangunlah...”

“Cha..gi..ya..” bibir Tao bergerak. Menyerukan hal yang paling ingin didengar Syifa saat itu “Syi..fa..?”

“Oppa kau bangun?! Suster! Suster! Syifa segera panik. Takut kesadaran Tao yang hanya beberapa persen ini akan hilang kembali

“Oppa bertahanlah. Kau kuat! Syifa menggenggam tangan tao lebih erat lagi

“Wel..come.. to.. Seoul...” bisik Tao pelan. Genggaman tangan itu melemah. Seorang suster segera menarik Syifa untuk keluar dari ruangan itu.

---
dedicated for Syifa dan segala kegilaannya untuk Tao :*
Read more »»  

Tuesday 22 July 2014

Im 16th and I DO care

Im 16th and I DO care

Politik  Indonesia menggila, ah, benerbener. Jokowi menang. Dia menang brooh.
Jujur, gue bisa nerima Jokowi. Tapi, asalkan Jokowi nggak berada di bawah ketiak Megawati lagi. Gue kasian sama Jokowi yang katanya “boneka asing”. Ah, apa politik selalu se sadis ini?
Kemarin malam, 5 provinsi yang sicurigai terjadi kecurangan dan penggelembungan ata 4,882 juta suara. Cukup untuk memenangkan jagoan nomor 1, Prabowo-Hatta. Dan malam itu gue berharap kecurangan ini bisa terungkap

But fucking unfortunately. Sampai sore, jam setengah 5 gue tidur di kamar. Papa tibatiba bilang “jokowi unggul”, gue LANGSUNG loncat dari kasur, “pa? seriusan pa? alhamdulillah!”
“apanya yang seriusan?” papa balik nanya
“jokowi unggul?!”
“jokowi MUNDUR!” kata  Papa
Etdah gue lemes demi apa.
Oh tuhaaaaan :’(

A whole world juga tau kali kalo Prabowo more qualified. Anggaplah dari beberapakali debat capres cawapres yang berjasil bikin jkw looks pathetic kalau udah battle sama prabowo. Dan banyak hal dan fakta empiris lainnya yang menunjukkan gelagat konspirasi jkw dan asing.
Tapi terlepas dari semuanya. Ini Negara demokrasi. Siapapun presidennya gue harus dukung. For Indonesia better. Bismillah.

gue bukan one and only teenager yang nyesek karena masih 16-belumpunyahakpilih-dan do really care bgt sama politik yang menggila ini. semoga doa terus mengalir. semoga. semoga.





Read more »»