Thursday 8 August 2013

Seutas Restu (Rafna)


Seutas Restu
“Ma,ini foto waktu kapan?” mata bulat Rafna mengerjap lucu, bertanya pada bundanya yang sedang memangkunya.
Hening sesaat, helaan nafas berat terdengar dari Nadya, raut mukanya langsung berubah tidak suka.
“Maaaa....” Rafna kembali mengguncang-guncang tangan Nadya, memaksa agar Nadya kembali bercerita
“Ini waktu...”
‘Drrtt...’
Belum lagi Nadya mulai bercerita, handphone yang terletak dihadapannya sudah bergetar. Ia  sejenak menatap layar HP itu dan langsung tak berselera untuk menjawab.
Sepele. Masalahnya hanya sepele. Nadya merajuk karena suaminya, lupa bahwa hari ini hari ulang tahun nya. Jangankan kado, seuntai ucapan selamat pun tak diterimanya..
Ah, meningatnya Nadya jadi semakin kesal.
***
Rafi kembalimerapikan ujung rambutnya yang mengusik matanya tertiup angin. Dalam hati ia merutuki mengapa ia tidak menghabiskan saja sekaleng minyak rambut agar rambut sialnya itu tak mengganggu hari bersejarah baginya ini.
Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri di pitu rumah Nadya. Sekali lagi, ia meraba sakunya. Aman, kotak cincin itu masih di situ. Cincin yang akan ia sematkan di jari manis wanita muslimah pilihan hatinya. Nadya Okta Mulyani.
‘tok tok tok..’
Akhirnya kebenranian itu muncul. Rafi mengetuk pelan tapi pasti pintu rumah yang bewarnacoklat itu. Tak lama kemudian. Seorang ibu yang masih terlihat muda membukakan pintu dengan senyum yang mengembang.
“Eh.. nak Rafi.. jadi juga buka barengnya. Ayuuk, masuk. Tante udah masak makanan favorit kamu. Kata Nadya, kamu paling suka semur ayam kan? Nah, cobain deh masakan tante kamu pasti ketagihan!” sambutan yang hangat dan bersemangat seolah ikut mencairkan ketegangan di hati Rafi. Ia menurut saja waktu ibu Nadya merangkulnya masuk ke dalam rumah.
“sebentar yah, tante nyiapin meja makannya dulu” Ibunda Nadya segera berlalu.meninggalkan Rafi yang duduk canggung di sofa hijau empuk yang tiba tiba terasa kaku baginya. Dingin dan cemas hati Rafi melumpuhkan kinerja otaknya untuk merasa enjoy. Keringat dingin mulai menetes satu persatu ketika Nadya tak kunjung muncul. Nyalinya semakin ciut. Perutnya seakan melolong memaksa agar kembali ke rumah saja. Mata hatinya menatap memelas pada jam dinding yang masih menunjukkan setengah jam sebelum berbuka puasa. Perutnya kembali meraung, bukan karena lapar, melainkan karena kenop pintu kamar Nadya yang terletak tepat dihadapan bangku yang ia duduki bergerak. Menandakan ada seseorang ada didalamnya, mungkin. Dan kemunginan ini akan lebih baik lagi kalau Nadya berkenan keluar kamar secepatnya
Pintu kamar terbuka, bocah berusiakira-kira empat tahun berjalan keluar.
“Hufft...” Bukan Nadya! Tapi Naifa! Adik perempuan Nadya.
“Bang Lapiii....” bocah kecil itu dengan riang segera menghambur ke pelukan Rafi.
“Naifa....” Rafi balas tersenyum dan memapah Naifa agar duduk dipangkuannya.
“Naifa puasa nggak?”
“Iyaaa, Naipa puasaaa, Naipa kan pintell...” bocah cadel itu menjawab bangga, mengacungkan kedua jempolnya ke wajah Rafi
“beneran? Yaah, puasa ya.. padahal Bang Rafi bawain coklat loh?”Rafi mengeluarkan bungkusan coklat yang sudah ia siapkan untuk Naifa dari saku jaketnya, melemparkan senyum menggoda pada Naifa.
“Naipa gak puasaaaa, naipa mau makan coklaaaaat” bocah kecil itu segera melonjak dari pangkuan Rafi dan menyambar coklat kesukaannya.
“Bilang apa sama bang Rafi?”
Bukan! Bukan Rafi yang barusan berbicara, mata Rafi dan Naifa serentak menoleh, mendapati gadis cantik berkerudung biru muda dan baju gamis biru muda pula.Sudah berdiri dihadapan mereka.
“Eh, kak Nadya. Iya, makasih bang Lapi... oiya bang Lapi, Naifa macuk dulu yaa” segera Naifa meluncur dari pangkuan Rafi dan menyusul ibunya di dapur
Sepeninggal Naifa, Canggung itu kembali menusuk. Rafi segera bangkit berdiri. Sungguh, Nadya selalu cantik dimatanya, tapi pesona yang mengalir saat gadis ini bersamanya dirumah Nadya, ada getar pesona yang hebat seakan menampar Rafi.
“N..Nad..”
“Hai, fi. Udah lama nyampe? Maaf nunggu ya, tadi aku beres-beres kamar dulu...”
“Ngga papa kok Nad...”
Hening. Hening yang panjang.
***
“Nadya.. Rafi.. 10 menit lagi buka, kita ke meja makan yuk” Ibu Nadya seakan malaikat karena  memutuskan keheningan yang canggung antara dua sejoli ini.
“Yuk fi!” ajak Nadya sambilmemberikan seulas senyum
Hati Rafi kebali mencelos melihat senyum hangat itu. Ia merasa dirinya begitu konyol karena terlihat begitu salah tingkah. Satu sisi ia merutuki ke-salah-tingkahannya, tapi di sisi lain ia rela untuk terus salah tingkah asalkan terus dianugrahi senyum malaikat ini. Tak ada sedikitpun penyesalan. Yang ada hanya rasa bangga dan syukur yang tak terkira. Hatinya semakin mantap.ia merasa beruntung mempunyai pacar pertama dan mungkin yang terakhir, jika saja ia berhasil mendapat restu dari bunda Nadya malam ini.
***
“Nad, itu minum yang di teko, tuangin ke gelas yah” seru bunda Nadya yang sibuk mengganti baju Naifa yang baru saja selesai mandi
“Ia bun”
Nadya menuangkan air teh kesatu per satu gelas yang ada di meja makan ini. Tak terkecuali ke gelas Rafi. Tangannya sedikit gentar, cemas, dan ragu, hingga Rafi menyodorkan gelasnya lebih dekat lagi. Tangan Nadya semakin gemetar. Ingin rasanya Rafi menggenggam tangan itu dan menuntunnya. Tapi tidak! Rafi sendiri yang sudah bersumpah pada dirinya untuk tidak menyentuh gadis ini sebelum ia halal baginya.
                Perlahaan, akhirnya Nadya mampu juga menuangkan air teh itu.
“Makasih, Nad” Nadya hanya menjawab dengan anggukan kecil yang tersipu.
***
Waktu terasa berjalan lambat bagi Rafi, lambat sekali! Sangat lambat! Ia terus menantikan waktu yang tepat untuk memotong pembicaraan keluarga kecil ini yang asik membicarakan wisuda kuliah Nadya dan Rafi Bulan depan. Ya, Bulan depan mereka sudah di wisuda, dari jurusan dan fakultas yang sama. Teknik Komunikasi UI!
Hening sejenak, munkin Nadya dan bundanya sudah kehabisan bahan cerita. Saat inilah, saat ini waktu bagi Rafi untuk mengutarakan perasaannya.
“Ehm, Bun”
“Ya nak?”
“Jadi... Rafi sama Nadya kan udah jalan lamacnih bun, udah masuk enam tahun sejak kami jadian dua puluh agustus waktu kelas satu SMA dulu..”
“terus?”
“Rafi mau minta restu bunda...” ucapan Rafi menggantung. Menyisakan diam yang menohok dihati dua wanita di bangku meja makan itu, Nadya dancBundanya.
“ini bukti keseriusan Rafi Bun” Rafi menyodorkan kotak cincin yang sudah sejak awal tadi terasa memanas di saku jeans nya.
Nadya tersenyum bahagia “alhamdulillah” bisiknya lirih dan nyaris serempak dengan bunda.
Bunda Nadya mengannguk. Alhamdulillah! Seutas Restu yang mengganjal di hati Rafi akhirnya terkabul! Seutas Restu yang memacetkan peredaran darahnya. Seutas restu yang menjadikan bernafas serasa sulit. Seutas restu yang menyebabkan lambungnya tetap bergolak meski sudah berbuka. Seutas restu yang kini mematri kebahagiaan di hatinya. Hari ini, 2 agustus, lamarannya diterima! Ia direstui!
***
“oooh, jadi ini foto waktu papa abis ngelamar mama? Di rumah mama ya? Ini nenek ma? Wah, nenek cantik ya ma, waktu muda.. eh, ini tante Naifa ya maa? Wah, Tante Naifa kecil” Rafna heboh sendiri melihat foto yang dibidik sesaat sebelum Rafi pulang setelah mendapat restu.
HP Nadya kembali bergetar, dengan melirik sekilas gambar yang mengerjap-ngerjap di layar HP nya saja ia sudah tau betul, itu Rafi, suaminya. Segera Nadya menekan tombol merah dan mematikan HP nya. Nadya kesal dan muak. Untuk ukuran gadis yang senang diberi surprize, Rafi tidak seharusnya melupakan hari penting ini!
“blitz” seketika lampu mati.
“Mamaaaa” Rafna segera berteriak karena kaget
“Iya sayang, mama disini!” Nadya menggenggam erat tangan Rafna. “Ah, ini sekringnya pasti bermasalah lagi, papa kamu tuh, mama udah bilangin dari minggu lalu buat benerin sekring nya tapi ditunda-tunda terus, jadi sering mati gini kan! Sabar ya sayang, mama ngidupin sekring nya dulu keluar.” Nadya berdiri dan menuju ke stop kontak sekring rumahnya yang terletak di luar rumah. Dengan cahaya HP yang remang ia membuka kunci pintu segera. Saat pintu terbuka
“Happy Birthday Nadya.. Happy birthday Nadya, Happy Birthday Happy Birthday, Happy birthday Nadya...” lampu rumah itu langsung hidup terang benderang seiring dengan terbukanya pintu. Nadya terpaku, kini dihadapannya ada Rafi, Bundanya, dan Naifa.
“Maaf ya sayang, udah bikin kamu jengkel seharian. Kami nyiapin ini khusus buat kamu”  Rafi mendaratkan kecupan kilas di kening Nadya
“semoga, kamu menjadi istri yang semakin sholehah dan selalu pengertian”
“Kak Nadyaaa, Happy Birthday yaa” Naifa menghambur ke pelukan Nadya.
“Selamat ulang tahun ya, nak” Bunda menepuk bahu Nadya
Nadya masih hening. Ada ribuan kata cinta, haru, dan terimakasih yang bersorak di hatinya saat ini. Tapi entah ia akan memulai dari mana. Malam ini, menjadi malam indah keduanya bersama keluarga yang ia cintai setelah malam lamaran itu, malam dimana seutas Restu itu mengalir.


Dedicated for ma best frien evah {} Cikunuk! Na-de-o: Nadya. Inspirated by your true story, when having  a –break-fast-tugeder-. Pesen gue: Nad, Fi, Ami, Abi, *cielah. Kalian jangan hobby berantem lagi yaah... harus tetap damai. Gue sumpah kagum sama prinsip Rafi yang kata nadya mau  nunggu ampe nadya halal buat dia. Gue kira yang begituan Cuma ada di arab-arab sono. Eh taunya temen gue~..  oiya, nama Rafna, yang dicerita ini jadi anak kalian, gue dapet dari gabungan RAFi- NAdya. semoga 9 tahun kedepan jadi yaa :D. Amen. Go Rafna Go Rafna Go!

Read more »»  

Ketika Fella Pergi (Ryella)


Ketika Fella Pergi

To: Honey
Aku ga suka kamu deket sama Aldi gitu
Singkat, padat. Ryan sudah tak bisa banyak berkata kata lagi.Ia sedang kesal! Pesan singkat itu segera dikirimnya pada belaha jiwa di Bukittiggi sana, Fella.
Sekali lagi Ryan membaca satu per satu metion di twitter Fella yang sedang dibajaknya. Mention dari Aldi mendominasi.
“Udah lah yan, kalau gue baca sih ya. Itu mention biasa-biasa aja. Lu aja yang overprotective” Laras, kakak perempuan Ryan yang dari tadi menghadapi kekesalan Ryan terus berusaha menengahi.
“Biasa apa nya, kak! Orang si Aldi sialan itu sok perhatian gitu! Nanya Fella udah makan lah, apalah! Ah!”
“Lah, itu tuh, kan lo sendirinya sadar. Yang kegenitan itu ya cowok yang gangguin Fella, siapa tadi itu namanya? Alfi?”
“ALDI!”
“ah, ya! Aldi. Lah, kan Aldinya yang kegenitan, ngapain Fella yang lo ambekin?”
“Ya harusnya Fella ga ladenin dia!”
“Ah! Gila lu yan! Kalo lo mau se over protective gini sama Fella, jangan LDR dong! Kalolo emang ga suka Fella temenan sama laki-laki, lu harusnya ada di sisi dia setiap saat. Lah ini? Lu di Padang, Fella nya di Bukittinggi. Payah lo. Bikin puasa gue ampir batal aja!” Kak Laras akhirnya menyerah pada ego adiknya dan memilih untuk membiarkan Ryan belajar berpikir jernih
‘drrrt’
One Message Received
Honey
Melihat Nama kontak Fella di pemberitahuan pesan masuk, hati Ryan semakin kalut. Tidak, tidak saat ini. Saat ini hati Ryan belum cukup lapang untuk mendengar penjelasan apa-apa.
“maaf Fel” bisik Ryan lirih dan langsung mematikan HP nya.
***
                Sudah 2 hari semenjak Ryan mematikan HP-nya. Dan ketika ia merasa hatinya sudah mampu untuk mendengar dan memaafkan Fella, keberuntungan tidak berpihak padanya.
“HP Sialan!” Sekali lagi Ryan membuka baterai BB nya itu dan mencoba menghidupkan. Hal yang sudah ia lakukan berulang-ulang dari tadi.
“Eh, kemenyan! Apa lagi sih? Sumpah dari tadi lo itu ribut banget!” Kak Laras yang merasa terganggu langsung menggebrak kamar Ryan dan langsung buser.
“HP gue kak”... Ryan kehabisan kata. Mungkin telah pasrah. Lelah, karena dari satu setengah jam tadi yang ia lakukan tetap sama. ‘meng-operasi’ HP nya agar segera hidup kembali
Kak Laras langsung mengambil alih HP dari tangan Ryan.
“ini BB lo kenapa bisa mati total gini?”
“terakhir gue pake sih 2 hari yang lalu. Waktu ada SMS Fella masuk, gue langsung matiin nih HP. Dan sampe sekarang belum mau idup!” Ryan memilih untuk menghempaskan tubuhnya ke kasur.
“Ya udah, biar ntar gue tanya ke Taufik. Ntar malem gue sama Taufik mau jalan, buka bareng. Kali aja dia bisa benerin”
“Beneran kak! Aah! Laras! Thank you so much much! Ga sia sia lo punya pacar yang punya counter handphone! Malaikat beneran lo kak”
“Nyeh, lagak lo. Giliran butuh gue aja, baik banget. Ya udah. Lo diem, jangan teriak teriak lagi. Gue puyeng dengernya.
“Anything for you siztah!”
Malamnya, Kak Laras kembali masuk ke kamar Ryan
“Kemenyan, gue punya kabar buruk buat lo”
“Ngetok dulu sebelum masuk bisa kali kak!”
“BB lo nih. Kata Taufik, BB lo bisa bener kira kira semingguan lagi”
“Apa?! Ah, becanda lo kak!” Ryan langsung terlihat gusar
“Yee, itu dia udah usaha secepet mungkin” Kak Laras berusaha meyakinkan
“Shit! Gue udah ga ngubungin Fella hampir 3 hari, kak!”
“Yaudah,nih, gue pinjemin BB gue, tapi inget, kalo ada BBM masuk, jangan di read, trus, kalo mau buka FB ato twitter. Log out in punya gue dulu. Awas kalo dibajak. Besok pagi udah harus ada di samping tempat tidur gue!”
“Lo Kakak terbaik yang pernah ada!” sesudah Ryan membual, Laras langsung masuk kembali ke kamarnya.
                “Maaf, nomor yang anda tuju, sedang tidak aktif atau berada di...tuuut” sebelum bertambah kesal endengar suara operator yang menjawab telfonnya, Ryan langsung memutus sambungan.
“Fell, kamu kemana sih beb?!” ryan menggerutu sendiri. Profil Facebook Fella sudah ia teliti satu per satu. Tidak ada update-terbaru semenjak 2 hari terakhir, tepat semenjak pertengkarannya dan fella hari itu!. Harapan terakhir, Ryan coba menyisiri Twitter, hatinya sedikit memanas melihat mention terakhir Fella, mention terakhir untuk Aldi! Dan itu masih sama. 2 hari yang lalu.
“Sipit! Kamu ngilang kemana sih!!” Ryan semakain tidak sabaran. Akhirnya ia memilih untuk log-out dari akunnya sendiri dan mencoba log in dengan akun Fella. Ryan mengecek Pesan di Twitter Fella.Ada satu nama yang membuatnya menahan geram. Aldi.
Pesan itu singkat, hanya pesan dari Aldi dan satu balasan dari Fella
Fell, lo berangkat sekarang kan?
Hati hati di jalan yaa ;)

Satu balasan yang panjang dari Fella
Iya, Di. Gue berangkat hari ini. Aldi yang baik, gue sebelumnya minta maaf. Maaaaf banget. Maaf, beneran. Tapi, gue ga tau harus gimana, dan gue rasa ini langkah yang tepat buat semua pihak, lo, gue, dan Ryan.
Ryan terkejut melihat namanya dibawa-bawa dalam pesan private ini. Ryan melanjtkan membaca
Gue Cuma mau bilang, makasih buat semua perhatian lo selama ini. Gue tau maksud lo baik, itu Cuma perhatian sebagai sahabat. Tapi sayangnya Ryan ga nganggep gitu, Ryan ga suka kalau gue deket ama lo.maaf kalo lo kesinggung, gue sendiri sebenernya ngga enak bilang gini. tapi ya gimana lagi. Ryan jadi rada ngambek dan belum bisa dihubungin seharian ini. Gue yakin,lo itu sahabat yang perhatian dan pengertian. Dan tentunya lo bisa dong untuk ngerti, kalau perhatian dari lo yang baik itu perlu dibatasin dikit. Gimanapun, gue punya pacar. Dangue yakin, itu ga enak banget buat seorang laki-laki kalau ada cowok yang deket sama pacarnya. Lo cowok, ya ngertilah ya.. haha..
Thanks Di. J
Ryan tertegun, sesudahnya belum ada balasan apapun dari Aldi. Mungkin laki-laki itu sadar dan mulai membatasi kedekatannya, entahlah! Kini Ryan terfokus pada Fella. Ada yang bergetar di hatinya membaca pesan Fella ini yang terkirim 2 hari yang lalu. Ia beruntung, sangat beruntung mempunyai gadis yang sebaik hati Fella. Dalam hati ia menyesali. Kenapa 2 hari lalu ia harus bertingkah gegabah untuk tidak mau membuka pesan guna mendengar penjelasan Fella?!
Sebenarnya apa yang ia takutkan? Kehilangan Fella! Ya! Dia hanya terlalu menyayangi Fella hingga gelap mata melihat kedekatan Fella dengan laki laki lain. Ya!
“Aku kangen kamu Fell...” Ryan berbisik, seolah dengan bicara pada avatar twitter gadis oriental berjilbab itu akan ada jawaban yang didapatnya. Ia mendadak rindu mendengar suara indah itu, ia mendadak rindu menghadapi canda manja kekasihnya itu.
***
Baru 3 hari, ya, 3 hari saja.  Pagi ini Ryan samasekali tidak semangat untuk berangkat sekolah, lapar di bulan puasa seolah berlipat-lipat ia hadapi. Ia tidak hanya harus menahan nafsu makan minum. Tapi ia juga harus berlatih menjadi jomblo. Jauh di dalam hatinya, Ryan membenarkan ucapan orang bahwa “Kamu baru akan mengerti rasanya memiliki disaat kamu kehilangan” sungguh, Ryan kini membenarkan mutlak ungkapan ini. Kehilangan pacar tanpa kabar adalah hal yang tidak mudah. Apalagi bagi hubungan LDR yang sangat bergantung pada alat komunikasi. Ryan heran, kemana pacarnya ini?! Tak bisa dihubungi, FB dan Twittter sedang tidak update. Nomor HP orang tua Fella tertinggal di HP nya yang sedang rusak.
Hari-hari di sekolah terasa semakin suram. Pelajaran statistika yang mudah pun serasa lebih membingungkan dari pada pelajaran logarita bagi Ryan.
Hingga sore menjelang berbuka pun, Ryan lebih memilih hang-out di basko. Entah ia akan berselera untuk berbuka puasa atau tidak. Tiba-tiba, sekilas ia melihat ada gadis putih tingggi berjalan melewatinya. Ia yakin sekali kalau perempuan barusan adalah Fella!
“Fell!” Ryan langsung menepuk bahu gadis yang sudah mendahuluinya barusan. Gadis itu menoleh
Bukan, perempuan itu bukan fella
“maaf kak, saya salah ngenalin orang. Maaf..” Ryan kembali ke bangkunya, ah, apa rindunya sebuta ini? Hingga ia salah mengenali orang?
Ditengah sibuk dalam lamunannya, mata Ryan ditutup dari belakang. Tangan itu halus. Dari wangi parfume yang menggelitik hidungnya saja, Ryan hafal betul kalau orang yang sedang menutup matanya ini adalah fella. Tapi tidak, Ryan lebih memilih untuk tidak terlalu berharap. Dengan kasar ia merenggut tangan yang menutupi matanya itu. Mengira yang usil adalh kawan sekolahnya. Ryan langsung melirik ke belakang .
“Hay J” Ryan tetap terdiam. Mengerjapkan matanya beberapa kali takut kalau-kalau rindu ini benar-benar membutakannya.
“Fella ? ”
“Iya aku, sayang!”
“Fell! Kamu kemana ajaa?!”
 Ryan langsung menarik lengan fella agar segera duduk di sampingnya
“Kita cari tempat makan dulu, buka bareng. Mumpung aku lagi di Padang niih, aku ceritain nanti semuanya. Yuk, 15 menitan lagi buka puasa Yan” Fella langsung mengabmbil kendali situasi diatas kebingungan Ryan
Setelah sampai di Pizza Hut.
“jadi, kamu kemana aja beb? Kamu ga tau betapa aku kebingungan nyari kamu kemana mana? 3 hari Fell! Bisa-bisanya kamu ngilang tanpa kabar gitu sayang...”
“bentar beb. Kamu udah ga marah lagi?” Fella bertanya penuh selidik. Ryan hanya menggeleng, kehilangan selera untuk membahas masalah itu.
“Bagus. Jadi, sejak dua hari yang lalu itu,aku latihan paski. Latihannya di lapangan itu tuh (gue ga tau nama lapangan yang ada di padang), trus nginep d asrama haji. Peraturannya ketat yan, ga boleh bawa HP. Ini baru sekalinya boleh keluar buat main. Besok, kami yang anak paskibra udah boleh balik ke kota masing asing. Jadi tadi siang itu terakhir latihan. Dan sorenya kami bebas buat main kemana aja. Asal entar sebelum isya udah balik ke asrama lagi. Dan aku udah coba ngubungin kamu, tapi HP kamu mati. Aku PING ga di read. Lose communication, tapi aku udah harus buru buru berangkat. Jadi, ya... begitulah”
Ryan hanya mendengar dan sesekali mengangguk
“Maafin aku ya, udah childish banget cuma gara gara masalah sepele” Ryan akhirnya buka suara
“Aku yang harusnya minta maaf. Aku yang emang terlalu deket sama dia...” Fella hati-hati membahas masalah itu lagi, mencoba untuk mengingatkan Ryan tanpa harus menyebut nama yang menyebabkan pertengkaran ini terjadi
Ryan hanya mengangguk. Perempuan-nya sudah ada dihadapan sekaraang. Ia berterimakasih pada takdir tuhan yang dengan tak terduga mempertemukan, dan Ryan lebih memilih berucap “No Thanks” untuk membahas masalah itu. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan, masalah itu dianggapnya selesai. Ryan kembali merasa segar. Ia lupa kapan terakhir kalinya merasa “memiliki” seindah ini. Ryan menggenggam erat tangan Fella. Ia tersenyum, matanya terus menerawang. Membayangkan betapa ia kehilangan semangat 3 hari belakangan. Dengan menggenggam tangan Fella saja ia merasa seolah ter-charge kembali.
“Yan! Malah bengong! Udah buka ini! Ayok minum!” Fella mengguncang tangan Ryan, berusaha menyadarkan. Ryan melemparkan senyum lega ke Fella. segera menyeruput jus mangga yang dipesannya. Ryan menikmati malam singkat itu di PH. Pertemuan tanpa direncanakan dan di waktu yang tepat. Ia merebas habis segala bentuk rindu, cemas,khawati, dan sayang yang tertunda ketika Fella pergi.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Dedicated for a great couple. Ryella. Ryan-Fella. Thanks for inspire me by your own truestory guys.
*etdah, lidah gue patah.
Oke, ini persembahan kecil dari kuli tinta amatiran. Beneran, amatiran banget. Ini bukan kisah nyata. Cuma aja gue dapet inspirasi event nya ya murni dari great LDR couple ini.
Ga tau deh, Fella sama Ryan bakal ngamuk gimana. Ceritanya jelek sih. Moga aja suka. Amen. Pesen gue, teteep langgeng ya teman. Pokonya gue ga bakal rela kalau kalian sampe putus! Puih! Ogah amit amit jangan sampe! Haahaa. Ini belum dapet izin dari yang punya nama buat bikin cerita, jadi, kalau kalau Fella atopun Ryan marah dan ga suka. Gue bakal dengan lapang hati nge ganti nama tokohnya. Hidup Ryella!





Read more »»