Well.
Long time no
no no writing.
Yea. This
campus-life does take my time, a lot.
Well gue
mungkin belum akan nulis lagi kalau-kalau belum di request Oji. Silent Reader
blog yang jarang kasih komen di comment box. He asked me directly instead of
filled the comment boc. Eleh -_-
Jadi, topik
yang akan gu bahas adalah, How’s Campus, Fi.
Kocak, gue disuruh nulisin lagi throwback
pengalaman dari 2 bulan lalu. Ah udah keburu janji, dan lagipula, semakin gue
tunda, semakin banyak juga yang akan terlupa. So here’s the story. Go on:
Sampai di
UI. Gue harus mengikuti serangkaian daftar ulang. Yajelas lah yaa.
Nah, setelah
mengikuti rangkaian daftar ulang, ada agenda yang harus gue ikuti:
LATHIAN PADUAN SUARA
Sebagai
Maba, lo pasti akan dipertemukan dengan Pak Dibyo. He’s a legend. Everyone
knows him. Sebelum secara resmi mengikuti upacara penerimaan Maba, which is,
sekaligus acara wisuda bagi senior 4 tahun belakang. Di sini, lo akan di kasih
sebuah buku kuning. Iya, buku kuning pertama elo, Buku Lagu Wisuda.
Dan
lagu-lagi itu yang akan lo hafal dalam beberapa hari ke depan.
Genderang UI
Hymne UI.
Everything. Lagu-lagu yang ketika dinyanyikan bersama, for the first time,
bikin hati lo begetar dan be like: Omaigat gue anak UI. Dengan perasaan super
excited dan mata berbinar. Alhamdulillah.
For sure, latian padus ini
kadang bosenin juga ples malesin banget juga. Beberapa, masih ada yang bandel
dan cabut waktu padus.
Here’s the
trouble
Ketika masuk
Padus, lo akan dikasih kartu absen “DATANG” dan sorenya lo akan dikasih kartu
“PULANG”. Sebagai bukti lo udah dateng hari itu.
Total
kartu-kartu ini nantinya berjumlah 16. Kemudian, 14 kartu ini, bisa diteukarkan
dengan Jaket Kuning. Iya, Almamater kuning mentereng itu. Almamater yang
warnanya as bright as harapan bangsa pada mahasiswa. Eak.
14 Karcis
padus = Jaket Kuning
UNFOTUNANTELY.
kartu gue ilang 1. Iya. Entahkapan di mana, gue baru sadar di hari H. I swear.
Gue semacem
panik gitu. Ah mampus, kan gaseru kalau gadapet jakun.
Gue udah di
dalem barisan. Barisan antrian penukaran 14 karcis tadi. Gue melirik ke
belakang. Seorang laki-laki dengan perawakan tinggi dan bertampang datar
menatap lurus ke depan.
Gue pun
kemudian mencoba memberanikan diri
“Ehem. Eh,
lo kartunya lengkap, nggak?”
“lengkap
sih”
“Eng, gue
kurang kartu, 1 aja. 1 lagi doang. Gue boleh minta 1 kartu lo nggak?” dia diam
sejenak. Terlihat berfikir dan memperhitungkan
“Gini, lo
baris di depan gue deh. Kalau misalnya lo nggak bisa masuk dengan 15 kartu, gue
balikin kartunya ke elo. Tapi kalau lo jebol dengan 15 kartu, kartu lo gue
pake. Gimana?” gue berusaha memajukan negosiasi.
Dia
mengangguk. Terlihat tidak keberatan menyodorkan satu kartu ke arah gue.
“Eh, nama lo
siapa?”
-gue se tai
itu emang. Minjem dulu tapi lupa nanya nama.
Maka jadilah
dia, Dimas-Manajemen 2015. Menyelamatkan gue di jakun day itu.
Dimal boleh
masuk dengan 15 kartu, which is also means that, i passed with 14 cards.
Ini gue, di
hari pertama penerimaan jakun. Isnt this exciting?
Makara
–Lambang UI- itu beda-beda per-fakultas. Gue, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
memegang makara abu-abu. Ada 4 items yang bakalan lo terima di hari itu: Jakun
polos, topi, makara, bros (Makara dalam bentuk pin up)
Makara itu
harusnya di jahit. Tapi karena gue (dan hampir semua Mahasiswa Baru) ngerasa
moment ini perlu diabadikan, semuanya mendadak kreatif. Ada yang menempelkan
makara ke jakun dengan double tip. Ada yang menyematkan makara ke jakun dengan
pin up tadi.
Gue? gue
termasuk ke dalam golongan yang menyematkan makara dengan safety pin ala-ala
makara tadi. Makanya jadi gantung gini makara gue. WKWK LOL
After Jakun
Day.
It starts.
OPK
Ospek Fakultas.
Hari itu kami disuruh berkumpul
dengan dresscode abu-abu. Greypride.
Warna abu-abu bermakna penting bagi FEB.
Hints: kalau ntar lo masuk UI,
makesure lo at least punya baju yang sesuai dengan warna makara fakultas.
Karena biasanya bakal banyak acara gathering yag make dresscode warna makara
masing-masing. Biar kalo lo nyasar, bisa keliatan lo itu maba apa. Maba putih-
FIB, maba Abu-FEB, Maba Jingga- FISIP, Maba merah-Hukum, and many others.
Hari itu, tanggal 8 Agustus
2015.
Berdasarkan
pemberitahuan yang gue terima semalam, kami akan mengadakan pertemuan perdana
tanggal 8 Agustus 2015 di FEB.
Udah hampir sebulan di UI, gue
masih belum hafal di mana-mana aja fakultas di UI. FEB sekalipun. Satu satunya
tempat yang familiar bagi gue adalah balairung. Iya. Cuma balairung. Titik
point pertemuan pertama. Lokasi padus berlangsung.
Fortunately, gue juga punya
temen, Romi. Manajemen-FEB. Romi juga Imami (Ikatan Mahasiswa Minang). Gue
janjian bareng Romi biar ke FEB bareng.
Romi
pengadaptasi yang baik. Dia lihai dan tahu tempat-tempat dengan cepat. Gue
tenang kalau udah jalan bareng Romi, at least gue tau gue ga bakal nyasar,
sekali pun nyasar, at least dia anaknya tenang banget dan nggak panikan,
sekaligus bisa menangkan dengan baik.
Gue ketemuan sama romi di Masjid
UI, also known as Masjid UI. Kita mulai jalan jam setengah 1. Walaupun menurut
intruksinya ngumpul jam setengah 2.
Gue dan Romi berjalan pelan dan
santai. Kami (seharusnya) masih punya banyak waktu. Sambil jalan, Romi
menjelaskan kalau gue harus RegOl (Registrasi Online). He knows a lot. Bahan
ketika gue bahkan belum tau apa-apa mau ngapain. Dia udah tau doesn-dosen zonk
mana yang sebaiknya nggak lo pilih waktu ambil kelas.
Gue berkutat dengan HP sambil
jalan. Mengisi form isian data mahasiswa online. Sampai tiba-tiba
“bikin 2
banjar, dek!” gue mendongak. Seorang senior dengan Jaket Kuning entah bagaimana
sudah berderet di depan, dengan jarak kurang lebih 1 meter masing-masingnya.
Gue
mendongak menatap Romi (NB: tinggi romi 180 lebih kayanya) mengisyaratkan: ‘ini ngapain sih?!” Tapi Romi juga
menatap dengan wajah tak kalah bingung
“Tidak ada
yang mengobrol, dek!” teriak senior yang kami lewati lagi.
Ah
Gue mulai
dongkol
...
(To be
continued)