Long time no see.
Udah lebih sebulan gue ga nulis.
How's life, me?
Worse.
dikhianatin orang yang pernah lo anggap cem sodara, putus (final), nganggur abis esbem dan dag dig dug ser nungguin hasilnya yang bakal keluar sebulan lagi, O Life.
Perjalanan hidup yang makin semangat narik gue down, sedikit mengusik pandangan gue menjadi lebih skeptis dan sarkastik sama idup sendiri. Kenapa gue? kenapa harus lo? Alah palingan...
Ah malah curhat.
Bukan.
postingan kali ini gue gak nulis lifenote, bukan, bukan curhat random blogger lagi.
Postingan kali ini gue berniat membahas, ke-salut-an gue sama guru.
Nganggur sehabis SBMPTN bikin gue punya waktu lebih banyak di rumah. menghabiskan waktu sama Mama, Papa, Kakak (Chica) dan Adik gue yang nyebelinnya Masyaallah tapi gue cinta banget sama dia (Aira)
Aira, adik gue yang selalu pengen tahu tentang segala hal ini, berumur lima tahun.
Aira ini selaaaaaaaaalu pengen tau tentang apapun. Wajar sih, anak kecil, tapi, kadang juga bikin gue kehabisan akal sama tingkahnya.
misalnya aja kita lagi nonton,
pernah deh, waktu itu gue lagi nonton berita, yang lagi menyiarkan tentang berita "DEMO"
Aira yang nonton di samping gue langsung nanya
"Pia, demo tu apa?"
"Demo? ngg, apaa ya, oh, demo itu artinya protes"
"Protes tu apa?" tanya dia lagi
duh, apaa gitu bahasa unyunya
"Nggak tau pia"
"Gimanaa pia ni" komentar dia seenaknya. seriusan, Adek gue selalu semena-mena gitu ke gue, selalu!
in another time, gue lagi nonton talkshow yang namanya "BASA-BASI"
seperti biasa, Aya nanya arti "BASA BASI" ini ke gue
gue yang lagi malas mikir dan blank bener-bener ga bisa nemu another word buat dia
"Hm, nggak tau juga Pia, Aya tanya sama papa nantik, ya" kemudian dia diam, syukurnya nggak komen apa-apa lagi.
disamping bawelnya gak ketulungan itu, Aira juga bisa jadi temen curhat yang oke banget.
seriusan.
bayangin, semalem gue curhat
"Ayaa, Pia sediiih"
"Kenapa Pia sedih?
"Ya Pia sedih ajaa"
"Iya kasi tau sama Aya kenapa sedihnyaa"
"Yudha nggak sms-sms pia yaaa"
dan, guess what, respon dari bocah 5 tahun:
"Ooh, berarti pia masih cinta sama Yudha"
NJER
gue ngakak. seriusan. gila. sinetron drives my sister grow so much older.
nggak cuma itu, dia juga nambahin komentarnya
"besok kalau pia telpon Yudha, kasih sama Aya, ya. terus nantik Aya bilang: Bang Yudha, jangan ndak sms sms pia Aya lagi"
gue makin ngakak
sumpah
kemudian Aira nanya
"Yudha tu ndak mau bekawan sama Pia lagi?"
gue senyum. gokil.
"Enggaak, kawan pia masih banyak. Pia nggak sedih kok. Pia becanda aja tadi"
kemudian dia sibuk sama permainannya tadi. seolah kita tadi lagi bahas mainan rusak aja, ga peduli. Dia ga sadar kalo dia udah bikin mood gue extremelly okay. percaya dengan kalimat penutup 'cuma bercanda' gue tadi.
Aira masih lima tahun, udah bisa baca, hyper aktif ga bisa diem, dan ajaib.
2 tahun belakangan Aira udah dimasukin PAUD, tapi jarang banget masuk sekolah
"Aya kan udah bisa baca, Paud tu untuk orang belum bisa baca" celoteh dia sekenanya (lagi)
Iya, Aira jarang banget masuk sekolah, kalau dirata-ratakan, bisa dibilang tiga kali seminggu doang dia ke PAUD, itu pun...
pas pagi baru dateng, dia langsung buka bekal, ketika orang belajar di kelas, dia bosan dan main ke luar, ketika jam istirahat, dia baru masuk kelas.
begitu kata guru beliau.
Ah, gue pun heran.
Tahun ini Aira mau dimasukin ke TK atau SD.
Mama dan Gue setuju Aira masuk ke TK dulu, Papa lebih pengen Aira masuk SD aja. Papa kemudian nyuruh gue buat ngajarin Aira itung-itungan dasar tambah kurang ke Aira.
nah, disini cerita ini bermula
karena tahun ini Aira terhitung udah lulus PAUD, buku paket Aira yang di PAUD udah bisa dibawa pulang.
buku paketnya bukan buku-buku tebel kayak buku SMA, bukan.
bukunya tipis-tipis dan besar, kayak majalah Bobo lah, dan itu ada sekitar 6 buah.
ketika Papa membuka salah satu buku kegiatan Aira
"Ini buku kok kosong, bersih, gak pernah di kerjain, Aira?"
"Ada Aya kerjaiiin" jawab Aira, dia mendekat ke buku yang dipegang Papa, membalik ke halaman paling belakang. "Niii, ada kan?" Aira senyum menjawab menang
buku Menggunting dan Menempel itu emang belum ada yang tergunting dari halaman pertama, kecuali halaman terakhir, iya, bener-bener cuma halaman terakhir yang udah dia kerjain.
Papa cuma geleng-geleng kepala.
hari-hari gue 'mencoba' mengajari Aira bermula
"Ya, kita belajar yuuuk!" ajak gue semangat
"Yuk!" Aira gak kalah semangat karena hari itu hari pertama buku-buku PAUD nya dibawa pulang.
Aira mengambil buku sembarang yang ternyata adalah buku Bahasa Inggris.
pelajaran halaman pertama adalah bagian-bagian tubuh.
"E-yes" baca Aira
"nah, itu tu bacanya: Ays, kan Bahasa Inggris, kalo Bahasa Inggris, bacanya beda sama bahasa indonesiaa" jelas gue "nah, Ays tu artinya Mata. Bahasa Inggrisnya mata tu: Ays. Ha, yang mana gambar mata?"
Aira gak menggubris, membaca kata lain di bukunya
"Ha-ir. Ha-ir ni artinya air, Pia?"
"bukaaaan" gue bahkan belum menjelaskan lebih lanjut, tapi Aira malah membalik ke halaman selanjutnya. new topic: Angka
perintahnya adalah, ada gambar buah-buahan, nah hitung jumlah buah-buah itu, tentukan kalimat bahasa inggris dari jumlah buah tadi.
jadi gue ajarin dari basic dulu dong
"Aya coba itung angka-angka bahasa inggris. One, Two, Three... apa lagi?" Aira udah pernah tau urutan angka sampe 10. jadi dari Aira umur 2 tahun, udah diajarin bahasa inggris dasar sedikit-sedikit.
"Aya ndak belajar ini do, Pia" Aira langsung menutup buku Bahasa Inggris tadi.
gue mulai frustasi.
Aira meraih buku lain. yang ternyata adalah buku Berhitung
"Ini gimana caranya, Pia?" tanya Aira setelah membuka acak bagian tengah buku tadi.
"Ooh, inii, Aya itung duluuu, berpa buah gambarnya kaan, abis tuu..."
"Bosan Aya yang itu, yang ini ajalah" jawab Aira membalik halaman selanjutnya.
Gue menggeleng. menatap Papa dengan tampang memelas, "Aira pembosan, Paaa" adu gue
"Aya jangan bosan-bosan gituu" tegur Papa
"Iyaa, pelajaran yang ini Aya ndak bosaaan" Aira mengambil buku yang lain: Menggunting dan Menempel
"Haa, yang ini Aya sukaa. mana gunting, Pia?"
duh.
ternyata butuh kesabaran ekstra banget buat ngajarin anak kecil itu.
gue pernah punya keinginan buat bikin PAUD, karena berada di sekitar anak-anak kecil dan main bareng mereka itu adalah hal yang ngasikin banget. Tapi ternyata, belajar bareng mereka nggak segampang itu. gue jadi mikir dua kali sama impian ini.
Salut. gue salut banget sama guru-guru pengajar dasar. yang beliau-beliau ajarkan adalah dasar.
pondasi banget. entah kenapa, itu semua serasa sulit banget menurut gue.
bayangin, gue cuma ngajarin seorang Aira rasanya lelah banget, gimana kalau ada satu kelas Aira? sekitar dua puluh murid dengan rasa ingin tahu yang tinggi versus seorang guru.
I cant even imagine my self in that position.
gue mengenang masa-masa SD gue sendiri.
Ah, thankful banget rasanya sama guru-guru gue di sana.
Ada buk Rosmalidar, wali kelas gue waktu kelas 1 dan 2 SD yang selalu datang dengan sepeda tua beliau. waktu gue kelas 2 SD, beliau yang berjasa bikin perkalian merekat erat di kepala gue. Dulu, kami diwajibkan maju satu per satu ke deman, menyebutkan) perkalian 1 sampe 10. harus hafal di luar kepala. dan satu pukulan penggaris kayu buat setiap kesalahan.
ini memicu kami harus hafal perkalian biar gak kena cium penggaris kayu itu.
Zaman dulu sih, biasa-biasa aja main pukul-kecil gitu, gak kayak sekarang, guru pukul murid sikit, masuk penjara.
haha.
Guru-guru SD itu hebat banget. beliau memegang peran yang sangat penting untuk pendidikan kita ke depannya. karena ya, seperti yang gue katakan tadi, beliau-beliau mengajarkan dasar.
Pak Sofyan, guru bahasa Arab, berjasa banget sampe gue hafal nama-nama bulan hijriah melalui lagu kreatif.
Buk Marlina, guru Matematika, yang ngajarin cara praktis hafal perkalian kilat 9, sampe sekarang gue masih memakai metode perkalian beliau ini.
Teacher. guru Bahasa Inggris yang biasa dipanggil "Teacher" ini juga berjasa banget bikin gue jatuh cinta sama pelajaran Bahasa ini. sebab waktu SD dulu, beliau selalu bikin Bahasa Inggris sebagai pelajaran yang fun banget karena selalu ada "Games time".
Wah.
gue gak tau-tau banget gimana sistem pendidikan dasar belakangan. yang gue tau, sekarang yang dipake itu kurikulum baru yang menurut gue lebih ribet.
I dont know at all.
tapi, buat seluruh guru di dunia,
i thank you.
terima kasih.
kebutuhan guru-guru berkualitas di Indonesia semakin urgent.
daya tampung jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar juga semakin diperlebar.
untuk teman-teman sebaya gue yang mau ngambil jurusan ini, gue cuma mau bilang.
Please, be nice, kalian megang masa depan seseorang, sekaligus masa depan bangsa, penuhi tanggung jawab mulia ini sebisa mungkin. kita butuh guru-guru hebat yang nggak cuma ngajar, tapi mendidik dengan baik dan benar. yang bisa menanamkan nilai-nilai karakter dari kecil. yang bisa membiasakan nilai-nilai positif sama bocah-bocah unyu. yang sabar ngadepin anak-anak bangsa yang makin kreatif. yang cerdas memfilteri agar generasi baru tidak terkontaminasi pengaruh buruk globalisasi.
Teachers all over the world, thank you, so much.
No comments:
Post a Comment